27| Garis Takdir

1.2K 119 6
                                    

Tuhan tau apa yang terbaik buat lo. Salah satunya 'mati'.

• • •

Libra tersenyum menyeramkan, dengan cepat melempar sesuatu yang sedari tadi dia genggam dengan tangan kirinya yang ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

Bulan mematung tak percaya. Jantungnya terasa merosot saat menyadari apa yang Libra lempar. Bulan menjatuhkan lututnya dengan keras berbenturan dengan lantai. Sakit, tapi tak sebanding dengan rasa marah yang lebih mendominasi hatinya.

"Acaaa!!!!" Teriak Bulan dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.

Tangannya bergetar, menyentuh bulu halus berwarna putih yang telah bercampur dengan darah. Perut anjing putih itu terbelah menampakan organ dalamnya. Mulut mungil itu menjulurkan lidahnya masih berjuang agar bisa bernafas. Mata biru itu terbuka menampilkan kekosongan.

Bulan menutup mulutnya, menahan isakan yang akan keluar. Tenggorokannya tercekat, ketika melihat Aca anjing kesayangan tengah berjuang di detik terakhir hidupnya. Rasa sakit yang terlihat dari cara bernafas Aca yang terputus-putus membuat Bulan rapuh, menangis tersedu-sedu. Tak berani memeluk Aca takut akan menambah rasa sakitnya. Hanya bisa menggenggam kaki mungil Aca dengan sangat erat menyalurkan kekuatan disela rasa sakitnya.

"Aca, jangan tinggalin aku. Aku mohon. Bi—Bibi telepon siapapun sekarang juga! Aku harus bawa Aca ke rumah sakit. Bi bantu aku bantu Aca bi. Aca menderita. Aca sakit, hiks. Bi bantu Aca bi bantu aca." Isak Bulan.

"Hahaha, sengaja gue gak bunuh anjing itu langsung. Karena gue mau buat dia tersiksa dengan rasa sakitnya." Ucap Libra tertawa puas.

"Menyedihkan. Sekarang giliran lo, Bulan." Libra tersenyum, mengiris lengan tangannya sendiri. Darah menetes dari sana. Tapi Libra justru tertawa puas melihat darahnya sendiri keluar.

"Lo gila Libra. Sampe Aca kenapa-napa gue akan bunuh lo detik itu juga!" Teriak bulan marah.

"Sebelum lo bunuh gue. Gue yang akan bunuh lo dulu." Serkah Libra.

"Lo salah, Libra. Lo mencari lawan yang salah." Ucap Bulan dingin, sembari menatap Aca yang masih terbaring lemah dihadapannya.

"Oh ya? Gue rasa gue udah milih lawan yang tepat." Libra memainkan pisaunya dengan tawa gila yang terus keluar dari bibirnya.

"Jika lo milih gue sebagai lawan. Maka nyawa lo taruhannya." Bulan menatap Libra geram.

Libra sekali lagi tertawa, berjalan lebih dekat ke arah Bulan. Lalu ikut berjongkok dihadapannya, "siapa takut?"

Cruss!!

Darah segar terciprat dimana-mana. Dapur yang semula bersih kini bersimpah darah. Bulan menatap nanar kedepan. Tak mampu berkata apa-apa lagi. Pikirannya kosong, bagai kaset rusak yang dipaksa terus berputar.

"Aca-aca kamu cantik banget sih."

"Guk! Guk! Guk!"

"Aca jangan ikut om ya. Om galak! Ikut Bulan aja, nanti Bulan beliin eskrim satu cup."

"Guk! Guk! Guk!"

"Aca, Aca kok bisa sakit sih. Aca cepet sembuh ya? Nanti kita main lagi."

"Guk, Guk, Guk." Aca masih bisa menggonggong meski dalam kondisi lemah.

"Aca tidur. Bulan disini temenin Aca. Aca gak perlu takut. Nanti kalo ada orang jahat yang mau nyakitin Aca, biar aku bunuh biar dia gak bisa nyakitin Aca lagi."

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang