33| Garis Takdir

993 78 3
                                    

Dari bulan untuk bulan, kamu bukan suatu kegelapan.
• •


Seminggu berlalu, ujian akhir semester berakhir hari ini. Tak terasa sebentar lagi putih abu akan terlepas dari kenangan mereka. Segala rasa penat belajar akan terbayar saat nilai ujian keluar nanti. Tapi cerita ini tidak akan berhenti disini. Masih banyak yang harus diselesaikan dan diakhiri.

Seperti hubungan Bulan dan Bumi yang akhir-akhir ini tak berjalan dengan baik. Tentang Bulan dengan rasa kecewanya dan Bumi dengan rasa bersalahnya. Pernah suatu hari Bumi ingin meminta maaf tapi lagi-lagi nama Libra menghancurkan segalanya.

"Bulan masih marah?"

Bulan bungkam.

"Maaf."

Tidak ada jawaban.

"Semuanya hanya salah paham."

"Salah paham kata Bumi? Bulan lihat dengan mata kepala Bulan sendiri bukan dari mata atau mulut orang lain. Dan Bumi masih bilang ini salah paham?"

Kali ini Bumi yang terdiam. Menyusun kata-kata yang tepat.

"Bulan mau maafin Bumi. Tapi sama aja dengan Bulan bohongin hati Bulan sendiri yang nyatanya sampai saat ini kecewa itu masih ada," lanjut Bulan.

"Semua waktu Bumi hanya Bumi beri pada Libra. Jalan ke mall, ke taman, makan, kencan. Bahkan belajar bareng. Kapan Bulan dapat waktu seperti itu? Bumi kita ini apa? Musuh apa pacar?"

"Pacar."

"Pacar tapi kenapa terasa asing?"

Bumi lagi-lagi terdiam.

"Jika semua ini gak akan berubah mending kita pu-"

Ucapan Bulan terhenti karena sebuah jari telunjuk yang berada tepat dibibirnya.

"Gak akan." Bumi menggeleng pelan, menundukkan sedikit kepalanya agar sejajar dengan Bulan.

"Bulan itu milik Bumi. Dan akan selalu seperti itu. Putus bukan cara terbaik menyelesaikan semua ini, sayang," lirihnya lembut.

"Harus dengan cara apa lagi?" Putus asa Bulan.

"Ada banyak cara, salah satunya. Memaafkan. Tolong Bulan maafin Bumi." Tangan Bumi beralih mengusap pipi Bulan lembut.

Bulan memalingkan tatapannya, "Bulan masih butuh waktu."

Bumi terlihat menghela nafas berat. Tapi tak membantah. "Oke, kalo itu mau Bulan. Jaga diri Bulan baik-baik."

Bulan terdiam.

"Bumi harus pergi."

"Lagi?" Bulan tersenyum sepah. "Mau kemana emangnya?"

"Ada urusan penting, maaf."

"Libra lebih penting dari Bulan. Apa itu maksudnya, Bumi?"

"Bukan seperti itu, tapi Libra baru sakit, Lan. Bumi mau jenguk dia di rumah sakit."

"Kalian sedekat apa sih? Kenapa sampai harus dijenguk setiap hari?"

"Bulan, Libra adalah teman Bumi."

"Dan Bulan adalah pacar Bumi. Kalo Bumi lupa."

"Bumi gak akan lupa. Bumi benar-benar harus pergi. Libra butuh Bumi."

"Bumi pikir Bulan gak butuh Bumi gitu?"

"Bulan tolong mengerti. Libra sakit."

Setelah itu tidak ada percakapan. Karena Bumi lebih dulu pergi meninggalkan Bulan.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang