Pantesan susah buat dapetin hati Bumi! Orang Bumi aja gak punya hati!
• • •Ruangan berbau obat-obatan tercium di kedua lubang hidung milik bulan. Suara grusak-grusuk terus terdengar sedari tadi. Leo membuka seluruh laci, lemari dan kotak obat-obatan. Tapi apa yang dia cari tidak dia temukan.
"Mana sih salep itu? Penjaga UKSnya mana lagi?! Harusnya kan ada jadwalnya!!" Sungut Leo di tengah kegiatan.
"Udahlah yo, gapapa kalo gak ada. Udah sembuh juga." Bulan menyentuh dahinya, tapi seketika ia langsung meringis.
"Tuh kan. Gapapa gimana, makin biru gitu. Pasti sakit kan?" Tapi Leo justru dengan seenaknya menekan memar itu.
"Aduh! Sakit anjirr! Jangan ditekanlah bego." Kesal Bulan.
"Hehe maaf." Leo ingin kembali menyentuh memar itu, tapi langsung di tepis oleh Bulan.
"Gak usah pegang-pegang. Lo pergi aja ke apotek sebelah. Beliin gue obat memarnya."
"Cakepp!! Kenapa gak bilang dari tadi?"
"Tadi suaranya nyangkol makanya baru kesampaian sekarang." Leo menggeleng heran mendengar jawaban Bulan.
"Ya udah, lo tunggu sini! Jangan kemana-mana!" Peringatan Leo, sambil mengusap surai Bulan.
"Iya leo! Jangan pegang-pegang rambut gue juga! Kebiasaan lo!" Leo terkekeh, lalu keluar UKS menuju parkiran. Meninggalkan Bulan yang kembali merenung.
Tak! Tak! Tak!
Suara langkah kaki terdengar dari luar. Sepertinya semakin dekat dengan UKS. Tapi dia siapa? Mau kemana? UKS adalah ruangan paling pojok. Gak mungkinkan langkah kaki itu luruh terus? Ihh kok hilang suaranya?! Apa jangan-jangan dia-
"Khem-"
"AAAA BUNDA SETANN!!" Teriak Bulan keras saat mendengar suara deheman berat dari arah pintu.
"Ssttt ini bukan hutan! Ngapain lo teriak? Lo ngira gue setan, ha?!" Cowok yang ada di depan pintu itu melangkah mendekati bulan.
"Ya lo datangnya gak bilang-bilang. Ya gue kaget lah!" Saut Bulan membela diri.
"Dulu aja lo selalu dateng ke gue gak bilang-bilang. Sekarang gue mau dateng ke lo harus bilang-bilang lo dulu gitu?! Cih gak adil amat."
"Ya bukan gitu maksudnya!" Protes Bulan.
"Ya udahlah. Nih" Cowok itu menyerahkan kantong kresek berwarna putih pada bulan.
"Apa ini?" Bulan membuka kantong itu dan isinya adalah obat salep memar yang sedari tadi di cari oleh Leo.
"Lo beliin ini buat gue?" Bulan mendongkrakkan kepala melihat manik mata hitam yang telah lama dia rindukan.
"Iya."
"Dalam rangka apa?"
"Dalam rangka gue gak mau lo sakit."
"Bumi?" Panggil Bulan lirih.
"Apa?"
"Lo gak mau gue sakit. Tapi tanpa lo sadari justru lo yang jadi pusat rasa sakit gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Novela JuvenilPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...