Waktu lo emang bukan hanya seputar tentang gue. Tapi lo bisakan beri gue beberapa detik aja biar gue tau apa yang lo lakuin. Terlalu sulit ya? Maaf.
• • • • •
Perjalanan tiga jam naik pesawat terasa berjalan lambat. Bulan hanya terus terdiam padahal Draka di sebelahnya tidak menyerah untuk mengajaknya bicara.
"Ratu, lo kenapa?! Gak dibus gak di pesawat sikap lo sama aja. Apa yang lo pikirin?" desak Draka agar Bulan mau meresponnya.
Tapi, lagi-lagi Bulan hanya menggeleng, menyenderkan kepalanya dikaca bus. Melihat jalanan Kota Dewata dengan sesajen-sesajen yang berada sepanjang garis jalan.
"Agata," Agata menoleh, tersenyum menatap Rendra yang ada disampingnya.
"Kenapa?"
"Lo perempuan paling sempurna yang pernah gue miliki," ucap Rendra tulus, memeluk Agata dari samping.
"Dan lo tau rendra."
"Tau apa?"
"Gue adalah perempuan yang paling beruntung karena ada lo dihidup gue."
"Duh, udah pandai gombal ternyata," Rendra menjepit hidup Agata gemas.
"Aduh Rendra lepas ih!" Agata menarik paksa tangan Rendra.
Lalu mengusap hidungnya yang memerah.
"Tukan jadi merah."
"Gapapa masih cantik kok." Rendra kembali tergelak, berusaha menangkis pukulan Agata.
"Adem liat yang kek gini."
"Lihat apa?" Dea menunjuk ke arah Agata dan Rendra yang masih bercanda.
"Oh, lo mau tau gak satu fakta yang membuat mereka bisa akur."
Dea menatap Rahel penasaran, "Apa?"
"Rendra itu orangnya taat banget sama agamanya. Gak pernah absen ke gereja. Doanya khusuk banget lagi."
"Jadi, maksud lo Rendra berjuang lewat doa gitu?"
"Bisa jadi."
"Terus Bumi gimana dimata lo?"
"Bumi? Dia orangnya tanggungjawab banget. Emang si ibadahnya ga setaat Rendra. Tapi dia masih bisa nyempetin solat atau mampir ke gereja pas kita baru lakuin touring kaya gini."
"Menurut lo Bumi serius ga sama Bulan?" Dea masih tak puas dengan jawaban Rahel.
"Serius," ucap Rahel yakin.
"Seserius apa?"
"Seserius cinta gue buat lo." Rahel tertawa geli.
Sedangkan Dea mematung di tempatnya. Rona merah tak dapat ia sembunyikan.
"Ya ampun lo lucu banget si kalo lagi bulsing." Dengan gemas Rahel menarik kedua pipi Dea yang sedikit tembem.
"Woy, ini Lena kenapa si?! Dari tadi gue ajak omong cuma diem aja," teriakan Deva mencuri perhatian seluruh penghuni bus.
"Dia pusing kali coba dikasih minyak."
"Bi, kamu pusing?" Deva langsung menanyakannya dengan raut khawatir.
Lena hanya menggeleng.
"Katanya dia gak pusing. Gimana dong?!" Deva kembali berteriak.
"Dia ngambek kali sama lo."
"Bi, kamu marah sama aku?!" panik Deva.
Semua orang di bus tertawa, raut panik Deva pantas ditertawakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Teen FictionPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...