Sikap lo yang merasakan seakan paling tersakiti yang buat gue muak sama lo.
• • •Lensa mata abu-abu milik Bulan terus menatap kedua manusia yang tengah duduk di hadapannya. Makanan pesanannya tak ia sentuh sama sekali. Nafsunya hilang semenjak Libra dengan sok akrabnya datang, lalu merusak makan malamnya.
Dan sialnya lagi dia harus melihat adegan murahan yang Libra lontarkan secara sengaja di hadapannya. Dimana Libra yang dengan lembut mengelap bekas krim cake disudut mulut Bumi. Atau bumi yang tiba-tiba mengacak surai Libra. Memuakkan!
"Shit!" Umpat Bulan lumayan keras, hingga membuat Agata, Bumi, dan Libra terkejut.
"Lo gapapa, Lan?" Tanya Agata khawatir.
"Gue.Gak.Pa.Pa.Makasih." Jawab Bulan penuh penekan di setiap suku katanya.
"Kakak ngerasa ke ganggu ya sama kedatangan kita?" Tiba-tiba Libra menyeletuk seperti itu.
"Itu tau pake nanya lagi!" Sentak Bulan tak tanggung-tanggung.
"Sorry kak, kita bisa pergi kok dari sini. Ayo kak Bumi aku gak mau ganggu kak Bulan." Ajak Libra yang terdengar menyebalkan ditelinga Bulan.
"Duduk aja, dia aja yang cuma iri sama lo." Ucap bumi telak menghantam Bulan tepat sasaran.
"Gue iri sama dia?" Bulan menunjuk Libra tak sopan dengan jari telunjuknya, "cih! Jijik gue iri sama dia!"
Bumi menatap Bulan tajam, Bulan membalas tak kalah tajam. "Jangan munafik jadi orang. Muak gue sama lo!"
Jlep!
Kata-kata Bumi bagai jarum yang menancap tepat ke relung hati Bulan paling dalam. Bulan menatap Bumi berkaca-kaca, lalu memilih pergi dari sana. Meninggalkan Agata yang masih asik makan tanpa menghiraukan pertengkaran itu.
"Kak, teman kakak udah pergi." Tegur Libra pada Agata agar segera tersadar.
Agata menoleh ke samping tempat duduknya yang memang kosong, "oh biarin aja, nanti kalo udah capek juga dia balik sendiri."
"Oh gitu ya kak?" Agata mengangguk saja, melihat ke arah Bumi yang sibuk dengan ponselnya.
"Sampai kata-kata lo nyakitin temen gue lagi. Awas lo!" Ancam Agata menyodorkan pisau daging tepat di wajah Bumi.
Dengan santai Bumi menyingkir pisau itu dari hadapannya, "tergantung gimana sikap temen lo itu."
• • •Bulan melangkah mengelilingi toko makanan di tempat dia dan Agata memesan sebelumnya. Bulan takut pergi jauh, takut dia akan hilang. Dia memiliki trauma akan masa lalu.
Saat mengelilingi setiap inci toko. Bulan menemukan sebuah panggung yang menyediakan gitar, piano, dreams, dan beberapa alat musik lainnya.
Kali ini piano yang menjadi perhatian bulan. Dia ingin bernyanyi, setidaknya itu bisa menyalurkan emosinya.
"Mas boleh gak saya pakai pianonya?" Bulan bertanya pada salah satu barista yang ada di sana.
"Boleh kak pakai aja." Barisan itu dengan baik hati mengizinkan.
"Makasih kak."
Bulan melangkah menaiki panggung, tentu aksinya mengundang banyak sekali tanda tanya di kepala pengunjung cafe. Begitu juga Agata yang menatapnya tak habis pikir.
"Nekat juga tu anak." Gumun agata.
"Kak, itu kayanya kak Bulan deh."
Bumi ikut menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Libra, dan benar saja di sana ada Bulan yang sudah duduk manis dengan sebuah piano didepannya. Bumi langsung tau apa yang akan Bulan lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
أدب المراهقينPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...