Pantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati!
• • • •
Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...
Keajaiban itu datang, disaat aku tidak menginginkannya. Semuanya tinggal soal waktu bom itu akhirnya meledak.
• • •
Bulan melihat penampilan yang kali ini sedikit berbeda. Dia tengah mengenakan dress putih pemberian Bumi kemarin. Dress itu menempel ditubuhnya dengan sangat sempurna. Rambut ungunya dia biarkan tergerai, dengan beberapa bagaian depan yang ia ikat kebelakang. Mata abunya memancar kebahagiaan, tersenyum manis. Sangat yakin bahwa Bumi akan terkejut dengan penampilannya. Dia menyempatkan diri berpose didepan cermin. Mengunggah foto dirinya di instagram.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Non bulan mau ke mana? Cantik banget," puji Bi Nur tanpa sengaja bertemu Bulan diruang tamu.
Bulan tersenyum, "Bulan mau keluar sebentar, Bi."
"Mau di anterin Pak Tejo?"
Bulan terlihat menimang. "Kayanya engga deh. Bulan berangkat sendiri aja."
"Ya udah, hati-hati ya."
"Iya Bi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Bulan mencium tangan Bi Nur. Lalu sekali lagi tersenyum kearahnya. Bergegas menuju ke halaman depan. Disana sudah ada mobil sport putih yang baru saja di cuci oleh Pak Tejo.
"Pak," panggil Bulan.
"Jadi pergi, Non?" tanya Pak Tejo.
"Iya, tapi kayanya Bulan berangkat sendiri aja ya pak?"
"Lho gak jadi Pak Tejo anter?"
"Gak usah, Pak. Takutnya nanti Pak Tejo kelamaan nunggunya."
"Ya sudah Non ini kuncinya." Pak Tejo menyerahkan kunci berbadul bulan sabit pada Bulan.
Tak berselang lama, mobil itu telah melaju menghampiri kendaraan lainnya dijalan yang sama. Bulan kali ini mengendarai dengan santai. Tidak ingin mengebut atau apapun itu. Karena Bulan bertekad untuk sedikit demi sedikit menghapus kebiasaan lamanya saat di jalanan. Tapi tentu saja itu butuh proses yang panjang. Karena kebut-kebutan adalah teman bagi Bulan.
Hampir setengah jam Bulan memfokuskan pandangannya ke arah jalan. Tapi kali ini ia memfokuskan matanya pada rumah besar yang menjadi tujuannya sejak awal. Bulan telah sampai didepan gerbang rumah itu. Membunyikan klakson, hingga satu satpam menghampiri dirinya.
"Ada apa mbak?"
"Saya mau bertemu sama Bumi pak. Ada?" Bulan mengutarakan tujuannya tanpa basa-basi.
Satpam itu terlihat terdiam sejenak, "Mbak ini siapanya Den Bumi?"
"Hmm... Sa-saya temannya pak," jawab Bulan ragu.
"Tapi seluruh keluarga di rumah ini sedang tidak ada dirumah mbak. Termasuk Den Bumi."