55| Garis Takdir

1.2K 79 3
                                    

Kawan, kini saatnya kita melangkah terpisah. Tetap berdiri tegak, saat seperti kita masih disini. Bersama-sama.
• •


Bumi memainkan pensil yang ia genggam dengan pandangan kosong mengarah kedepan. Pernikahannya dengan Libra tinggal 3 hari lagi dihitung dengan hari ini. Sudah berbagai cara untuk menggagalkan tapi tidak bisa. Ponselnya di sita oleh Grandma, karena kemarin tanpa sengaja Bumi membentak Libra didepannya. Dan kini dia tidak diperbolehkan untuk keluar rumah karena kemarin dia ketahuan pulang larut malam.

Bumi menghela nafas lelah, kapan semua ini berakhir. Setiap hari, rasanya beban itu bertambah semakin berat. Tidak ada yang bisa membantu dirinya. Melawan Grandma sama saja membuat Grandma mati. Tapi jika tidak melawan, sama saja membuat dirinya mati. Jadi, kesimpulan dirinyalah yang menjadi korban disini.

Bagaimana jika Bulan tau fakta ini?

Apa dia akan menangis? Jelas. Apa dia akan terluka? Sangat. Apa dia akan kecewa? Tak perlu di tanyakan lagi. Dan dia akan membenci Bumi. Bumi mendesah, merasa tidak mungkin bila dia memutuskan Bulan. Membuat Bulan menangis, sama saja seperti meruntuhkan dunianya. Tapi, bukankah sudah ada Ega? Buat apa lagi Bumi khawatir? Semua ini semakin membuatnya gila.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar pelan. Bumi menoleh ke arah pintu. Siapa? Jika Libra Bumi akan segera mengusirnya. Fakta tenang dia adalah teman masa kecilnya tidak membuat Bumi langsung bisa menerima dirinya dalam hidupnya.

"Dek, ini Kak Bintang." Suara dari luar kembali terdengar.

Bumi akhirnya beranjak dari duduknya. Memutar kunci, lalu membuka pintu. Penampilan wanita yang tampak cantik dengan rambut lurus berwarna hitam tersenyum lembut.

"Boleh, kakak masuk?" tanya Bintang.

Bumi mengangguk memberi cela bagi Bintang untuk lewat. Lalu lebih dulu menutup pintu, dan kembali ke meja belajar. Membiarkan Bintang berkeliaran di kamarnya sesukanya. Karena waktu kecilpun dirinya suka berkeliaran di kamar Bintang.

"Lagi apa?" Bumi hampir tersentak kaget saat Bintang muncul begitu saja di belakangnya.

"Kakak coba jangan ngagetin," protes Bumi.

Bintang terkekeh tanpa merasa bersalah. Lalu menggambil buku gambar yang baru saja Bumi lukis.

"Hahaha, gak nyangka ternyata kamu jago juga gambarnya," kagum Bintang.

Bintang menatap lamat gambar itu, terlihat seorang gadis dengan gaun indah tengah tersenyum bahagia. Menaiki ayunan yang tergantung di batang pohon. Dibelakang terdapat seorang pria yang sama bahagianya. Tengah memegang tali pada ayunan. Disudut kertas terdapat lambang bulat yang bintang tebak sebagai Bumi. Dan bulan sabit yang melingkar dan bintang tebak sebagai Bulan.

"Bagus gambarnya."

"Lebih bagus lagi kalo beneran kenyataan," balas Bumi tersenyum hambar.

Bintang mengembalikan gambar itu diatas meja. Lalu tersenyum menatap Bumi.

"Kamu harus bahagia, dek."

Bumi hanya diam, menatap Bintang dalam. Lalu menggeleng pelan, "Aku gak mau berharap lebih, kak."

"Terima Libra secara perlahan."

Bumi hanya menjawab dengan helaian nafas. "Kakak dulu aja yang nikah."

Bintang tertawa, "Gak ah, kakak belum siap."

"Apa aku kabur aja dari rumah?" Pikiran itu tiba-tiba saja melintas di otaknya.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang