Semuanya terasa dejavu.
• • •
Tidak ada yang mereka lakukan selain makan. Bumi terdiam juga Libra, Bumi menunduk memainkan ponselnya. Sedangkan Libra asik menatap wajah Bumi.
"Bumi kamu beneran jadian sama Bulan?" Ucap Libra setelah beberapa lama mereka dalam keadaan hening.
"Iya." Jawab Bumi seadanya.
Libra terlihat menghela nafas, "boleh gak sih aku marah? Kita baru beberapa hari yang lalu batalin tunangan kita. Terus kamu langsung jadian sama Bulan."
"Emangnya apa yang salah?" Bumi menatap Libra.
"Kesannya disini Bulan kaya perusak hubungan kita, Bumi."
Bumi terdiam, dia tidak merasa seperti itu. Bahkan dari awal Bumi malah berfikir bahwa Libra lah sesungguhnya yang merusak hubungannya dengan Bulan.
"Libra lo mikir gak sih? Dari awal gue sama lo gak ada hubungannya apa-apa. Pertunangan itu hanya sebuah paksaan." Tekan Bumi.
"Tapi kita tetap pernah terikat Bumi." Tegas Libra.
Bumi menggeleng, "lo dari awal yang memaksa. Kita gak pernah saling kenal. Kita gak pernah ketemu sebelumnya. Tapi lo yang tiba-tiba masuk kehidup gue dan merusak segalanya. Lo tau Libra? Lo yang perusak bukan Bulan."
Libra menipiskan bibirnya, mengepalkan tangan dibawa meja.
"Kamu bilang apa, bumi? Aku yang memaksa? Kita gak pernah saling kenal? Kita gak pernah bertemu sebelumnya? Aku yang perusak disini?" Geram Libra.
"Iya."
"Kamu benar-benar lupa siapa aku?! Kamu benar-benar gak tau aku siapa? Kita pernah ketemu sebelumnya Bumi. Jauh sebelum kamu bertemu dengan Bulan."
"Maksud lo apa?!"
Libra menatap Bumi nyalang, "kamu benar-benar lupa dengan anak kecil berkepang dua dengan pita merah? Kamu lupa sama anak kecil yang selalu ngikutin kamu kemanapun kamu berada? Kamu lupa dengan anak kecil bermata hitam legan yang selalu kamu bilang 'mata kamu bagus, Eli. Aku suka' kamu lupa dengan semua itu Bumi?"
Libra menghapus air matanya kasar. Tersenyum miris, "aku ngejar kamu. Aku maksa tunangan sama kamu. Karena aku mau kamu ingat siapa aku. Tapi nyatanya kamu gak pernah ingat siapa aku Bumi. Kamu lupa, padahal kamu alasan aku bertahan sampai sejauh ini."
Jantung Bumi berdetak lebih cepat. Menatap Libra tak percaya. Bagaimana mungkin?!
"Jangan coba-coba bohongin gue, Libra. Apa lagi menggunakan nama Eli yang udah mati." Desis Bumi geram.
"Bohong? Apa aku terlihat bercanda?! Aku serius, Eli belum mati Bumi. Aku belum mati." Libra semakin berderai air mata saat mengetahui fakta bahwa selama ini Bumi menganggapnya mati.
"Omong kosong! Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri Eli dikubur lalu ditimbun dengan tanah. Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri!" Bumi terlihat tersulut emosi.
Kenangan 14 tahun yang lalu berputar dalam benak Bumi bagai kaset rusak.
'Mama kenapa Eli gak bangun? Eli tidur ya ma?'
'Mama kenapa Eli pake bajunya kaya gitu. Kaya pocong Bumi takut. Eli jangan dibuat kaya gitu gak lucu.'
'Papa kenapa Eli dimasuki kelubang?! Eli kenapa pa?! Papa jawab aku kenapa Eli dimasukin ke sana?!'
'BERHENTI! Keluarin Eli! Kenapa Eli ditutupi dengan tanah?! Nanti Eli gak bisa nafas!'
'PAPA PAPA KENAPA PAPA DIEM AJA?! MAMA SURUH MEREKA BUAT BERHENTI! KAK BINTANG TOLONGIN ELI. HIKS NANTI ELI SAKIT GAK BISA NAFAS.'
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Ficção AdolescentePantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...