56| Garis Takdir

1.2K 81 4
                                    

Jangan menaruh harapan lebih pada takdir. Karena bisa saja harapan itu yang justru membunuhmu.

• • •

Terhitung dari hari ini tinggal dua hari lagi pernikahan itu berlangsung. Dan berarti dia harus menikah dengan Libra besuk. Bumi semakin gusar dikamarnya. Dari tadi dia terus mondar-mandir tak tentu arah. Dua jam lagi dia akan pergi ke Bogor dimana pernikahan itu digelar. Sedangkan dia belum bertemu dengan Bulan.

Dalam pikiran yang semakin tak karuan. Bumi nekat memakai jaket lepisnya. Menyambar kunci motor lalu melangkah keluar kamar. Tentu saja pergerakannya mengundang perhatian satu isi rumah yang tengah berkemas.

"Bumi, kamu mau kemana?" tanya Mentari.

"Mau keluar bentar ma."

"Gak boleh! Kita udah mau berangkat," bantah Grandma, mendekati Bumi lalu merebut kunci motor darinya.

Bumi ingin menyambar kunci motor itu lagi. Tapi lebih dulu Grandma jauhkan.

"Grandma, bentar aja. Nanti Bumi bakal balik."

"Grandma gak percaya."

"Papa, tolong." Bumi memohon pada Meteor.

"Ma, gapapa lah biar Bumi keluar sebenar. Dia nanti juga bakal balik." Bujuk Meteor, merasa kasihan melihat tatapan putus asa yang dipancarkan putranya.

"Iya kalo balik kalo engga?" Grandma masih tidak percaya.

"Bumi, lagian kamu mau kemana si?" Kali ini Libra yang bertanya membuat pikiran Bumi bertambah kesal.

Bumi hanya menatapnya tajam, lalu beralih menatap Grandma.

"Apa lagi yang Grandma mau? Bumi bakal nikah sama Libra. Dan oke Bumi terima. Grandma puaskan? Lalu apa lagi yang Grandma mau? Apa Grandma mau ambil hidup Bumi juga? Iya!?" Bumi menatap Grandma menantang.

"Grandma gak suka tatapan itu!" Marah Grandma.

"Izinin Bumi. Bumi bakal kembali."

"Sekali enggak juga tetap enggak. Kamu bisa gak sih jadi anak yang nurut!" Putus Grandma bulat.

Bumi mengacak rambutnya frustasi, tapi ketika melihat Bintang menggoyangkan kunci motornya. Bumi kembali memiliki harapan. Dengan sigap menangkap kunci motor yang dilemparkan oleh Bintang. Kemudian berlari ke bagasi untuk mengambil motor milik Bintang. Sebelum Grandma berhasil mengejarnya Bumi lebih dulu memacu kendaraan.

"Anak itu! Bumi kembali!" teriakan Grandma tak diacuhkan oleh Bumi.

"Grandma!" Bumi menoleh ke belakang, terlihat keluarganya berkerumun. Lalu Meteor seperti mengangkat sesuatu. Itu adalah Grandma.

Bumi kembali mendesah kesal. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini. Tapi Bumi juga tidak bisa meninggalkan Bulan begitu saja. Bumi lebih dulu mampir di butik yang kemarin. Mengambil pesanannya. Lalu memacu kendaraannya ke rumah Bulan.

Satu tetes air kembali menetes. Musim hujan kali ini benar-benar menyebalkan. Kenapa harus selalu turun saat Bumi keluar rumah? Karena tidak akan sempat jika berteduh lebih dulu. Bumi memilih terus memacu sepeda motornya. Saat sampai di gerbang coklat yang sangat dia rindukan suasananya, Bumi sudah dalam keadaan basah kuyup. Mulai menekan bel.

Satu kali. Tidak ada jawaban.

Dua kali. Tetap tidak ada jawaban.

Tiga kali. Baru terlihat seorang gadis mengembangkan payung. Lalu berjalan kearahnya, membuka pintu pagar.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang