44| Garis Takdir

909 65 14
                                    

Siapa yang akan menang? Jawabannya adalah takdir. Sekuat dan sehebat apapun kita, tidak akan pernah bisa menang melawan takdir. Karena itu berarti sama saja kamu sudah siap melawan Tuhan-mu sendiri.
• • •

"Woy anak cowok bantuin dong, anjim!" seru Lena kesal, melihat anak cowok justru asik mandi disungai. Sedangkan anak cewek masih sibuk membangun tenda.

"Mukul patoknya yang kenceng, terus jangan tegak agak di miringin. Cari tempat yang gak becek banget," Deva memberi informasi.

"Ya gimana gak becek, orang kalian main airnya nyiprat kemana-mana!" kali ini gantian Cinta yang protes.

Anak cowok tetap mengabaikan mereka. Memilih kembali menaiki batu besar yang ada di sana. Bersiap terjun kembali ke dalam air yang terasa menyegarkan.

Byur!

"Anj*ng!" umpat bulan merasakan pakaian bagian belakangnya basah.

"Sorry, bos!" I
itu suara Rendra.

"Rendra, pelan-pelan jeburnya nanti tenda bagian dalamnya basah! Kita tidur di mana?!" seru Agata ikut mulai kesal.

"Kalian buat tendanya agak munduran, cari yang tempatnya kering. Anak cowok mah di bilangin justru makin ngelunjak," saran Rahel.

"Cakep! Kayanya yang waras cuma Rahel doang."

Anak cewe akhirnya memindahkan tenda ke tempat yang kering dan sedikit jauh dari sungai. Tidak butuh waktu yang lama tenda telah berdiri sempurna.

"Nah kaya gini kek dari tadi," Dea mengusap keringat yang ada di pelipisnya.

"Ini tendanya anak cowok gimana? Kan belum di bangun?" Lena menunjukkan kantong tas tenda yang masih bertengger rapi dibatang pohon.

"Udahlah biarin aja," jawab cinta.

"Iya, tadi aja mereka gak bantuin kita," setuju Agata.

"Woy! Tendanya cepetan di bangun! Ini udah mau luhurr!!" teriak Bulan nyaring.

"Tolong lah sekalian."

"Tolong apaan anjim! Lo aja pada gak bantuin kita!" Dea ikut berteriak.

"Nanti aja biar Vino yang bangun."

"Anggap aja sebagai hukuman karena telat." Alasan macam apa ini. Bilang saja jika mereka malas. Tak perlu membawa nama orang lain.

"Gimana ini? Kita sekalian aja buatnya. Anak cowok mah gak bisa di andelin," usul Lena.

"Ya udah lah tapi kalian aja, gue capek," keluh Agata.

"Gue mau tidur bentar," Cinta justru lebih dulu masuk tenda. Tapi sedetik setelahnya, kepalanya kembali muncul di balik kain tenda.

Lalu meringis, "Oh ya tendanya belum di pasang tiker."

"Lah iya lupa," sadar mereka.

Bertepatan dengan itu Cici dan Iqbal membawa satu tikar dimasing-masing tangannya.

"Huh akhirnya ketemu juga tenda kalian," Cici menjatuhkan tubuhnya di atas tanah, telihat lelah.

"Nih tikernya! Ratu sialan, capek gue jadi panitia," kali ini Iqbal yang mengeluh.

"Bukannya udah ada yang bantuin kalian?"

"Iya emang ada, tapi pada gak bisa diatur panitia yang lain."

"Ya udah kalian kan panitia di sini, jabatan kalian lebih tinggi. Kalian bisa minta bantuan seluruh anggota kalo mau," ujar Bulan enteng.

"Oh iyaya, gue kira gak boleh kaya gitu."

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang