Aku terlalu berharap. Hingga aku lupa, bahwa kenyataan tak pernah memberi harapan.
• • •Bel pulang berbunyi nyaring. Mata yang semula mengantuk kini terbuka lebar. Bosan yang sedari tadi menyerang kini telah sinar. Ruangan yang secara tidak langsung di anggap sebagai penjara bagi para siswa kini terlihat lengang.
"Agata lo pulang bareng gue ya?" Bulan berjalan menyusul Agata dengan tas biru yang ia gedong dengan satu lengan.
"Gak deh gue naik taksi aja. Kasian sopir lo harus bolak-balik." Tolak Agata.
"Gapapa, kan gue bawa mobil sendiri." Bangga Bulan melempar kuncinya kemudian ia tangkap dengan sempurna.
"Wihh tumben, gak dilarang lagi."
"Hehe sebenernya dilarang. Gue diem-diem bawanya." Bisik Bulan terkekeh geli.
"Gila lo ya." Agata ikut tertawa, masih ada sikap Bulan yang tidak berubah dari SMP. Selalu melakukan semaunya.
"Nanti malem kita jalan kuy. Gue gabut. Gue deh yang jemput lo." Agata mengusulkan sebuah agenda.
"Gue mah kuy aja. Asal bayarin." Bulan menggesekkan ibu jari dan jari telunjuk di depan wajah Agata.
"Dihh berlagak kek orang miskin. Tapi duit bisa biayain keluarga sekota."
"Anjing." Umpat Bulan membuat Agata terkekeh.
"Kak Bumi aku boleh pulang bareng kamu lagi gak? Kan kita searah."
"Sorry tapi gue gak bisa."
"Oh gitu ya? Kalo nanti malem kita jalan gimana?"
Percakapan mereka tertahan saat Bulan dan Agata melewati mereka. Bulan yang biasanya langsung melontarkan sebuah bantahan, kini tidak lagi. Bulan hanya menoleh sebentar, lalu berjalan datar tanpa tidak peduli. Hatinya perlu istirahat. Bumi yang melihatnya sedikit heran, tapi kemudian ikut tak peduli. Bukannya itu bagus? Tapi kenapa rasanya ada yang berbeda?
"Oke nanti gue pikirin lagi."
"Oke jangan lupa kabarin aku ya kak?"
"Iya, Libra."
Agata menoleh ke arah Bulan heran. Tidak biasanya bulan hanya diam saja. Biasanya dia kan melakukan segala cara jika ada yang berusaha mendekati Bumi. Namun, kenapa kali ini Bulan hanya diam saja?
"Lan?"
"Apa?"
"Lo gapapa?"
"Gapapa. Emangnya gue kudu apa-apa gitu?"
"Lo kerasukan deh kayanya." Agata meletakkan telapak tangannya di kening bulan lalu menekannya, "siapapun lo yang ada di dalam tubuh temen gue! Cepat keluarlah! Keluarlah wahai jin yang baik hati! KELUARLAH!!"
"Agata! Kalo kaya gitu cara lo ngeluarinnya bukan gue yang kerasukan tapi lo!" Sungut bulan mengusap jidatnya pelan.
"Hehe, habis sikap lo tadi aneh tau." Agata terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Novela JuvenilPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...