Kenapa tidak? Selagi nafas aku belum terhenti bagi aku masih ada kesempatan buat miliki kamu.
• • •
Pagi ini Bulan bangun sedikit terlambat. Saking bahagianya Bulan sampai tak bisa tidur semalam. Bibirnya terus memaksanya untuk tersenyum.
"Bibi Bulan berangkat ya? Assalamualaikum!" Merasa tak ada jawaban dari dapur, Bulan berjalan ke sana terkejut melihat papanya sedang sarapan.
"Waalaikumsalam," jawab Galaksi.
"Papa? Udah pulang? Kok cepet banget?" Bulan bertanya antara senang dan bingung.
"Kamu gimana sih? Papanya gak ada di rumah salah sekarang papa udah ada di rumah juga tetep salah?" Galaksi pura-pura merajuk, membuat Bulan tertawa pelan. Langsung menghampiri Galaksi dan memeluknya erat.
"Muah! Bulan seneng banget Papa ada di rumah." Bulan menyematkan ciuman dipipi Galaksi.
"Muah! Papa juga seneng bisa ketemu Bulan." Galaksi balas mengecup kening Bulan.
"Tadi malam ke mana? Papa pulang Bulan gak ada. Papa juga telepon Agata katanya kamu gak ada di rumahnya. Jadi kemana?" lanjut Galaksi bertanya.
Bulan meringis memamerkan gigi putihnya, diam-diam memberi Agata umpatan karena tidak bisa diajak kompromi. Bulan pikir Papanya tidak akan pulang karena semalam saat Bulan menyelinap masuk, mobil galaksi tidak ada.
"He? Kok diem aja? Kemarin malam ke mana? Papa juga denger suara jendela dibuka dari kamar kamu."
Shit!
"Emm... anu.. Bu—bulan lagi main Pa," jawab Bulan ragu.
"Main sama siapa?"
"Bumi," lirih Bulan hampir tak terdengar.
"Bumi? Oh anaknya Meteor."
Bulan mengangguk membenarkan.
"Sekarang mending sarapan habis itu papa anterin ke sekolah." Galaksi menyerahkan sepotong roti yang dilapisi coklat pada Bulan.
"Tumben." Bulan terkekeh, menerima roti yang dibuatkan Galaksi.
"Selagi bisa kenapa engga?" Galaksi turut tertawa.
"Bulan."
"Hem?" Bulan hanya bisa membalas deheman karena mulutnya yang penuh dengan roti.
"Sebenarnya Bumi itu— gak jadi deh biar kamu tau sendiri aja." Galaksi justru membatalkan mode seriusnya.
"Ih Papa! Udah didengerin baik-baik juga!" seru Bulan kesal.
"Dih jangan marah dong, gak baik nanti cepet tua. Ayo habisin rotinya Papa tunggu didepan." Bulan mengangguk, meneguk susunya cepat. Lalu segera menyusul papanya.
* * *
Bulan turun dari mobil setelah berpamitan dengan Galaksi. Mulai berjalan angkuh memasuki gedung sekolah, mencoba mengabaikan semua cibiran tentang dirinya.
"Pantes aja punya mobil mewah, jalannya sama om-om gitu."
Itu bokap gue njing!
"Bumi kok mau-maunya sih sama dia. Lebih baik juga sama Libra."
Cih! Bumi mana mau sama psikopat kek dia.
"Penampilannya aja udah badgirl gitu! Harusnya udah dikeluarin dari sekolah bitch kaya gitu!"
He bitch ngomong bitch! Sorry aja ya tapi gak ada sekolah yang bisa nolak kepintaran gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Fiksi RemajaPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...