Memulai dari awal lagi? Jika konsepnya seperti itu berarti perjuangan gue selama ini sia-sia.
• •Bunyi lonceng membuat semua pasang mata dengan sendirinya menoleh kearah ambang pintu cafe. Bulan berjalan begitu anggun dengan sepatu kuning yang melekat sempurna dikaki putihnya. Kali ini rambutnya ia kuncir kuda, memperhatikan leher jenjangnya. Dua kancing seragam teratas ia buka, di lapisi dengan jaket levis berwarna maron.
Bibir tipis merah jambu alami dan mata bulat dengan lensa abu-abu membuat mereka tak berkedip. Ditambah bulu mata yang terkesan lentik, pipi yang sedikit chubby. Lebih cocok di sebut baby girl dari pada bad girl. Tapi siapa sangka di balik wajah manisnya dia adalah seorang ketua geng motor.
"Sorry udah nunggu lama?" Bulan langsung bisa menemukan Bumi di sebelah jendela.
"Lumayan." Jawab Bumi tersenyum tipis.
"Mau ngomong apa?" To the point seorang Bulan.
"Buru-buru amat, lo ada acara?"
"Iya." Jawab Bulan menatap Bumi datar.
"Lo beneran berubah ya lan?" Tatapan Bumi berubah sendu.
Bulan mengangkat satu alisnya, "padahal gue kangen sama lo."
"Bulshit." Cibir Bulan.
Bumi menghembuskan nafas, akan sangat sulit membuat bulan mengerti. "Gue bakal jelasin semuanya. Tentang gue dan— Libra."
"Jikalopun lo udah jelasin semuanya. Gak akan merubah kenyataan kan? Jika lo adalah 'tunangan' iblis itu?" Bulan tersenyum menyeringai. "Udahlah, bum. Jangan pernah mengelak akan takdir."
"Lo takdir gue lan, gue gak bisa mengelak tentang rasa gue yang semakin nyata untuk lo."
"Yakin takdir lo itu gue? Bukannya dulu lo bilang gue bukan takdir lo? Karena garis takdir kita berbeda kan?"
"Gue akan buat takdir kita menjadi segaris."
"Lo bukan Tuhan."
"Iya gue tau." Bulan masih nyaman menatap Bumi yang juga sedang menatapnya. Seolah memberi harapan besar yang selalu Bulan tepis.
"Gue sama Libra dijodohin karena orang tua. Bukan keinginan gue." Bumi berusaha menjelaskan.
Bulan masih mempertahankan wajah datarnya, "urusannya dengan gue?"
"Lan lo tau, gue gak suka sama Libra."
"Tapi sikap lo menunjukan kalo lo suka sama dia."
Bumi sekali lagi menghela nafas, "karena gue mau buat lo cemburu."
"Cara lo gak lucu."
"Gue tau. Maafin gue." Bulan hanya diam, memalingkan tatapannya.
"Beri gue kesempatan sekali lagi, lan. Gue bakal perbaiki semuanya."
"Lo udah terlalu banyak nerima kesempatan dari gue."
"Tolong satu kali ini aja. Kita mulai semuanya dari awal lagi."
"Memulai semuanya dari awal lagi? Jika kaya gitu konsepnya berarti perjuangan gue selama ini sia-sia. Lo terlalu egois Bumi." Bulan bangkit dari duduknya, ingin melangkah pergi tapi tangannya ditahan oleh Bumi.
"Gimana lagi cara gue buat yakinin lo, Bulan."
"Baru sekali gagal aja lo langsung ngeluh kaya gini. Apa kabar gue yang terus lo jatuhkan berkali-kali?"
Deg. Ucapan Bulan seakan telak menghantam dadanya. Apa dia akan menyerah begitu saja padahal semuanya belum dimulai? Kenapa dia bisa selemah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Teen FictionPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...