1| Garis Takdir

4.6K 289 47
                                    

Aku ingin berpaling darimu. Tapi hati ini seperti terpaku dalam nadi mu.
• • •

Bulan memasuki pintu kelas dengan senyum mengembang. Sepatu pink dengan lambang bintang berjalan seirama sesuai perintah sang pemakainya. Pagi ini mood Bulan tengah bagus. Jangan ada yang mengusiknya!

"Cepetan orangnya dateng!"

"Iya-iya bentar. Akh! Gue gugup banget."

"Tenang bro."

"Oke udah siap!"

Bulan di buat mengernyit bingung dengan semua teman-temannya yang berkumpul di depan kelas seolah menunggu kedatangannya.

"Ada apaan?"

"Bulan." Bulan mengangkat satu alisnya pengganti kata tanya apa.

"Gu-gue mau ngomong sama lo." Bulan masih setia menunggu kalimat selanjutnya.

"Kalo gue suka sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

Muhammad Rifki Ardiansyah, jika Bulan tidak salah orang mengenalnya. Rifki cowok berparas putih, tinggi, dan ahli dalam bidang basket. Mendekatinya beberapa minggu yang lalu, kemudian menembaknya hari ini. Kejutan yang luar biasa untuk pagi yang cerah.

"Jika lo nerima gue, lo ambil bunga ini. Jika enggak lo gak perlu ambil." Rifki memperlihatkan sebuah buket bunga yang tadinya ada di belakang tubuhnya.

"Kenapa lo suka sama gue?" Bulan memandang Rifki mengintimidasi.

Rifki terlihat menelan savila gugup. "Apa suka butuh alasan?"

"Enggak." Bulan masih memberi tatapan mengintimidasinya.

"Ya gue suka sama lo tanpa alasan," jelas Rifki cepat.

Bulan diam saja, hanya terus menatap Rifki. Rifki yang di tatapan seperti itu semakin gugup, "Jadi lo terima gue apa gak?"

"Terima!"

"Terima!"

"Terima!"

Suara teman-temannya bersorak-sorak. Cowok-cowok bersiul menggoda. Satu dua mengabadikan momen itu.

Bulan tersenyum manis, mengambil buket bunga dari tangan Rifki, "Bulan lo?" Rifki melongo tak percaya.

Bulan mengangguk saja, tapi kemudian ia mendekati salah satu murid perempuan di sana. "Buat lo Din. Baik kan gue?"

"Bulan lo apa-apaan si? Kenapa bunganya lo kasih ke Dina? Gue kasih bunga itu buat lo," Rifki protes tak terima.

"Iya buat gue kalo gue nerima lo kan? Tapi, sayangnya gue gak nerima lo. Jadi dari pada lo buang bunganya nanti, mending dikasih sama Dina. Kayanya dia seneng tuh dapet bunga dari lo." Bulan melirik ke arah Dina, yang tengah tersenyum malu-malu mencium aroma dari bunga itu.

"Jadi lo nolak gue?" Dua kali Bulan membuat Rifki tak percaya dengan tingkahnya.

"Iya."

"Kenapa?"

"Emang gue nolak lo harus ada alasan gitu? Lo suka sama gue aja tanpa alasan. Harusnya gue juga bisa dong nolak lo tanpa alasan." Bulan tersenyum penuh makna, melihat wajah kecewa Rifki.

"Gue mau lewat, permisi." Seusai mengatakan itu, tanpa di suruh dua kali semua murid membuka jalan untuk Bulan.

"Bulan, lo gila ya?"

"Iya gue masih hidup." Bulan menjawab singkat pertanyaan Agata, sahabat terbaiknya.

"Orang ganteng kaya Rifki aja lo tolak! Selera lo yang kaya apa sih, Bulan?!" tanyanya tak habis pikir.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang