"Siapa yang nyuruh kamu mabuk-mabukan?"
Haechan menggeleng, tak berani menatap mata Johnny barang sedetik saja apalagi ayahnya itu sedang memainkan pisau cukur miliknya.
"Siapa yang nyuruh gak ada kabar? Gak pulang semaleman?"
Haechan lagi menggeleng, ia lebih baik langsung menerima hukuman saja daripada perlakuan seperti ini terlebih dahulu pada Johnny, rasanya lebih mencekam dari pada lewat kuburan di malam hari.
"John, sudah kamu gak liat anak kamu udah nahan pipis gitu?", Ten datang sambil terkekeh, mengelus dagu Johnny, Johnny lantas merengek di hadapan Ten juga sang anak.
"Kamu mah, aku kan lagi marahin anak kok malah diginiin, malu lah diliat Haechan tuh manjanya aku", Johnny memberut sambil menatap sang pujaan hati. Melupakan apa yang baru saja ia lakukan pada sang anak, wibawanya hilang sudah jika Ten sudah datang.
Haechan hanya melongo, menatap Johnny tidak percaya, pasalnya ketika Papa nya itu memarahinya Ten tidak pernah datang, entah disembunyikan dimana oleh Johnny, mungkin itu juga penyebabnya Ten tidak pernah muncul saat Johnny memarahi anak tunggal mereka.
"Masuk Chan, mandi sana sebelum kamu dikulitin Papa", Ten mengedipkan matanya, Haechan sendiri juga ikut mengedipkan sebelah mata, langsung berlari kedalam rumahnya, syukur batinnya karena lolos dari interogasi yang Johnny berikan. Ingatkan Haechan untuk berterima kasih pada Ten nanti.
Saat sudah sampai di kamarnya Haechan tidak langsung mandi melainkan merebahkan dirinya pada kasur empuk miliknya, mengambil handphone yang masih didalam saku jeans ia segera membuka notifikasi yang ribuan, sebenarnya tidak sampai sih Haechan hanya mengada-ngada.
Terutama ada pesan dari ketiga sahabatnya yang berhasil membuat Haechan tersenyum tipis, membalas satu persatu pertanyaan sang sahabat dimana ia semalam, sudah nya Haechan kembali meletakkan handphone miliknya, ia harus segera mandi dan berganti pakaian.
Selesai mandi dan tubuhnya sudah segar kembali Haechan turun kebawah, sebenarnya sih malas tapi mengingat kebaikan sang ibu seharusnya ia akan membantu sedikit pekerjaan laki-laki cantik itu. Tapi saat hendak turun dari tangga ia meringis ketika melihat tatapan tajam milik Johnny sudah menantinya dibawah sana. Ingin putar balik dan mengurung diri dikamar adalah niatan Haechans sekarang.
"Mau kemana kamu Seo Donghyuck! Kesini sekarang juga", instruksi Johnny membuat Haechan meringis, setelahnya berbalik, ia harus menuruti perkataan Johnny apabila uang jajannya tidak ingin dipotong.
Menuruni tangga selama mungkin tapi entah kenapa bagi Haechan rasanya ia menaiki skuter untuk sampai pada Johnny, terlalu cepat ia sampai dan sekarang ia berdiri sambil menatap takut-takut kearah ayahnya itu.
"Kamu tu ya Chan, jangan mentang-mentang kamu dimanja sama Mama, Papa kamu jadi seenaknya gini"
"Gak gi-
-nanti dulu, Papa belum selesai ngomong kamu asal potong aja.. gak sopan! Kamu tau kan? Jangan kayak gak pernah diajarin sama orang tua", Johnny menatap serius kearah sang anak, Haechan sendiri sudah kian menunduk berharap jika bala bantuan akan sekarang datang, sedikit kesal karena Ten tak datang-datang.
"Ngapain kamu minum-minum sampe teler terus gak pulang juga?"
Baru akan membuka mulutnya suara Johnny kembali terdengar, tak membiarkan Haechan hanya sekedar untuk menjelaskan.
"Gimana kalo kamu gak di anterin sama mantan kamu itu? Gimana kalo yang nemuin kamu bukan mantan kamu itu?"
"Chan, kamu anak Papa satu-satunya, Papa gak larang kamu mau pergi ke club kek apa kek bukan berarti kamu lewat batasan Chan, inget dong Mama yang khawatir kamu gak ada kabar, Papa yang takut anaknya kenapa-kenapa"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanfictionYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...