"BABAA.. CUCI KAKI, CUCI TANGAN, CUCI MUKA DULU SANA!"
Mark yang baru saja hendak mendaratkan lututnya di atas kasur langsung saja berdiri, menatap kearah Haechan yang sudah berkacak pinggang di dekat kamar mandi.
"Iya, biasa aja gak usah marah-marah." Mark melangkahkan kakinya kearah kamar mandi, menuruti perkataan Mama dari Chenle itu.
"Sekalian sana ganti baju." Ujar Haechan tidak teriak-teriak seperti tadi. Mark yang masih berada di dalam kamar mandi hanya bergumam tidak jelas.
Setelah selesai mencuci yang Haechan sebutkan tadi, Mark kini mengganti bajunya, mencium pipi Haechan yang sedang merapihkan baju-baju Chenle, beserta kado yang menumpuk tak jauh darinya.
"Bawel, udah jadi Mama auranya makin terasa."
"Terasa apa?" Tanya Haechan masih santai.
"Emak-emaknya." Mark terkikik, lalu langsung melarikan diri kearah sang anak. Memang semenjak Haechan sudah resmi menjadi seorang ibu, istrinya itu jiwa keibuannya terlihat sekali. Sudah suka mengomel dengan Mark sampai Mark rasanya ingin minggat saja ke rumah mertua. Setidaknya di sana ia hanya bisa mendengar suara Auman Jaguar juga Kiara saja, tidak dengan ocehan Haechan yang panjangnya sudah seperti kereta api.
"Hallo sayang, anaknya Baba bobo teyus yaa?" Mark menciumi wajah Chenle yang masih asik terlelap, memperhatikan wajah damai sang buah hati ternyata bisa menghilangkan rasa penatnya sehabis pulang dari kuliah.
Oh ya, ngomong-ngomong merasa sudah pulang dari rumah sakit seminggu yang lalu. Haechan sendiri masih mendapatkan cuti lahirannya. Haechan juga sudah pulih, hanya saja pinggang bagian belakangnya masih suka terasa nyeri saja, perut bagian bawahnya juga begitu.
"Kenapa ya Mah, kalo bayi itu wanginya khas banget." Tanya Mark yang sudah mencoba belajar memanggil Haechan dengan sebutan Mama, itu pun Haechan yang menyuruh sebab kata Haechan untuk membiasakan Chenle nantinya.
"Google ada ya Ba, jangan mempersulit hidup." Ujar Haechan apa adanya. Ia sedang sibuk membuka kado.
Sedangkan Mark, ia hanya mendengus sebagai tanggapannya, selain suka mengomel Haechan juga bertambah jadi judes seketika.
"Lihat deh Chenle, Mama kamu mau nya marah-marah terus, ayo bilangin nanti cepet tua kalo marah-marah terus." Bisik Mark pada anak mereka.
Haechan yang mendengar itu lantas melirik, "kamu kira aku gak denger?"
"Iya ampun, ih marah-marah terus kenapa sih Mah? Kurang jatah ya kamu? Seharusnya kan aku yang marah karena gak dap-
- nyorocos terus sumpel dotnya Chenle nih nanti."
"Iya.. iya engga."
"Iya bagus, diem aja."
Mark memberut, menatap kearah Chenle dengan wajah sedih miliknya, mengambil tangan sang anak yang dibalut dengan sarung tangan tersebut. Meletakkannya diatas kening miliknya, "salah Baba tu apa sih sebenernya ya dek. Mama judes banget." Lirih Mark seolah-olah hendak menangis.
Haechan yang mendengar itu diam-diam jadi merasa bersalah, ia sebenarnya tidak bermaksud untuk seperti itu, tapi entahlah. Rasanya ia ingin mengoceh saja bawaanya.
"Kamu udah makan?" Haechan menoleh, menatap kearah Mark yang masih menatapi anak mereka. Mark menoleh, ia menggeleng sebagai jawaban.
"Mau apa? Biar aku masakain."
"Sop aja. Boleh ya?"
Haechan mengangguk, menutup rak berisikan baju sang anak lalu merapihkan bungkus kado yang sudah ia sobek tadi. Berjalan keluar kamar untuk membuatkan Mark makanan
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanfictionYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...