Malam ini tepat jam 10 malam keduanya sudah terbaring diatas ranjang mereka. Mark memeluk istrinya itu dari belakang, sedangkan Haechan memejamkan matanya. Ia sudah akan tidur kalau saja Mark tidak membuka suaranya.
"Waktu gak serasa udah semakin cepet berlalu ya Chan, udah hampir mau satu tahun usia pernikahan kita. Aku gak mau hubungan kita cuma berputar di sini-sini aja, apalagi orang tua kita selalu nanya kapan kasih mereka cucu."
Mark mengelusi perut Haechan, Haechan sendiri hanya diam sambil melihat kearah tangan Mark, wajahnya tiba-tiba menjadi muram, ia menatap kearah depan dengan tatapan kosong. Yang Mark katakan memang benar, mereka sudah hampir satu tahun menikah, dan kedua orang tua mereka selalu menanyakan cucu, pertanyaan untuk dirinya sendiri adalah, apakah bisa ia hamil? Apakah ia bisa seistimewa laki-laki seperti Mama juga Mami, buktinya sampai sekarang ia belum juga merasakan tanda-tanda bahwa ia sedang hamil.
"Kamu inget gak pas pertama kali kita di jodohin? Kamu yang mau nikah sama Papi aja." Mark terkekeh ketika mengingat tentang hal itu. Ia baru menyadari betapa bar-bar istri mungilnya dulu. Mark kembali tersenyum mengingat siapa yang memancing mereka untuk melakukan malam pertama.
"Kamu tuh nakal banget ya, suka marah-marah gak jelas, dikit-dikit nanti marah sama aku, sensitif banget dulu."
Haechan terkekeh, ia sekarang baru membuka suara, "kamu juga, aneh banget, aku kira kamu itu culun juga dulu, niat aku kan cuma mau main-main karena dipikiran aku kamu itu gak akan seberani itu buat ngelakuin hal itu. Tapi taunya kamu yang gempur aku sampe gak masuk kuliah 3 hari."
Haechan menerawang kembali ke masa lalu, mengingat kenapa ia dulu suka marah-marah kepada Mark.
"Iya juga ya, kenapa dulu aku suka marah-marah sama kamu, kamu juga bilangnya dulu formal banget, mungkin juga itu salah satu hal yang bikin aku kesel." Haechan membalikkan tubuhnya menjadi menghadap kearah Mark. Memperhatikan wajah milik sang suami. Ia meletakkan tangan sebelah kirinya diatas pipi milik Mark.
"Kalau aku ternyata gak bisa hamil.. kamu gapapa?" Tanya Haechan, ia menatap Mark dengan wajah penasaran miliknya.
Mark tak langsung menjawab, ia terdiam beberapa detik baru setelahnya mengatakan kata-kata yang membuat Haechan tersenyum tipis.
"Gapapa, kalo emang gak bisa kita bisa adopsi anak nantinya. Kamu jangan terlalu mikirin tentang hal itu, kalo misal dikasih ya syukur, kalo engga aku gapapa." Mark mengecup kening Haechan setelahnya.
"Kamu gak akan kecewa terus cari perempuan atau Uke lain yang bisa hamil kan?" Tanya Haechan, wajahnya menunjukkan raut khawatir.
Mark lantas terkekeh menanggapinya, "engga, kamu gak usah mikir macem-macem deh." Mereka setelahnya terdiam cukup lama, entah mungkin bergelut dengan isi pemikiran masing-masing.
🔹🔹🔹
"Aku yang keberapa?"
Mark diam, tak mengerti apa maksud pertanyaan yang istrinya ini lontarkan. "maksud kamu?"
"Ish, aku yang keberapa yang kamu tusuk?"
Mark ber-oh-ria, soal itu rupanya, dengan gamblang Mark menjawab, "yang terkahir." Hal yang membuat ia mendapatkan cubitan maut dari Haechan.
Haechan sendiri yang baru saja mencubit sang suami karena mengetahui fakta tersebut lantas menyembunyikan wajah kesalnya dibalik dada bidang milik Mark.
"Sakit banget ya Tuhan." Setelah mengadu Mark malah tertawa, gemas sendiri dengan tingkah Haechan yang ternyata manja begini. Ia mengelus surai Haechan dengan pelan.
"Dengerin ya, semua cowok pasti udah pernah ngelakuin hubungan intim sebelum mereka nikah, mungkin ada yang engga tapi itu sedikit banget. Nonton film porno semerta-merta gak bisa bikin mereka bisa secara naluriah, harus dicoba secara langsung biar tahu gimana rasanya. Gimana caranya, entah itu sama pacarnya lah, atau bahkan mereka nyewa."
"Aku engga tapi. Kamu yang pertama juga terakhir." Haechan memberut, dikepalanya membayangkan bagaimana enaknya dulu orang-orang itu yang mendapatkan kenikmatan dari seorang Mark Jung.
"Kamu kan submissive, ya wajar ajalah." Mark mengacak rambut Haechan dengan gemas. Sedangkan Haechan ia tiba-tiba merasa tidak mood. Pembahasan yang membuat ia merasa tersakiti sekali. Jadi ia mengubah topik pembahasan mereka.
"Yeri, sejak kapan dia suka sama kamu?"
Mark menggeleng, ia memang benar-benar tidak tahu kapan perempuan itu menyukai dirinya, baginya hal itu tidak penting.
"Dia emang penampilannya dari dulu sama kaya kamu ya?"
"Iya, dia emang culun gitu sama penampilan, pinter juga kok. Mungkin dia deketin aku terus suka sama aku karena style aku sama kayak dia waktu itu, jadinya dia merasa kayak- kalo kami pacaran jadi kelihatan serasi. Dia juga gak ada temen, jadi pas aku masuk kelas terus penampilan aku culun dia mulai ngedeketin. Karena ya mungkin itu tadi, penampilan kami sama."
Haechan menganggukkan kepalanya. Masih memperhatikan perkataan Mark.
"Tapi kata Dejun, Yeri gak sepolos penampilannya. Mungkin maksud Dejun itu lebih ke isi pemikiran Yeri, karena emang bener. Cewek itu gak sepolos-pokos penampilannya, buktinya dia juga ngerubah penampilannya karena aku juga udah berubah penampilan, dia takut juga khawatir kalo aku nanti gak deket sama dia terus banyak yang naksir juga."
"Ih kok ngatur, aneh."
Mark terkekeh, "makanya itu dia juga ngubah penampilannya biar aku tetep sama dia, dan jadi tertarik sebab penampilannya dia gak kayak dulu juga, gitu sayang."
Haechan mendengus, ia memukul dada Mark lagi. "Gak usah sayang-sayangan geli tau gak!"
"Jadi mau dipanggil apa?"
"Ya kayak biasa aja."
"Yaudah aku panggil kamu baby aja."
Haechan hanya diam, pikirannya tiba-tiba tidak fokus. Ia mendongak melihat kearah Mark yang sudah hendak memejamkan mata.
"Mark.."
"Hm?"
"Mark Jung?"
"Apa by?"
Haechan merona, ia menggeplak kepala Mark karena merasa malu, hal yang membuat Mark meringis, laki-laki itu mengusap kepalanya dengan pelan.
"Kok di geplak sih?"
"Aku mau durian."
Mark terdiam, ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam setengah 11 malam. "Durian? Kok tiba-tiba gini? Besok aja ya, udah malem."
"Tapi aku maunya sekarang."
"Tahan dulu ya, besok aja belinya."
"Aaa~ Mark, maunya sekarang, ayo beli Durian."
Mark menatap Haechan tidak percaya, lantas ia memeluk Haechan erat-erat. "Ngaco kamu nih, besok aja. Udah malem."
"Aaaaa~ mau sekarang, ayo Mark beli Durian. Yaa.. yaa Mark? Pengen banget, gak bisa dipending dulu. Ayo ayoooo." Haechan sudah merengek seperti anak kecil, membuat Mark diam-diam tersenyum, lucu sekali soalnya. Gemas dengan istri sendiri. Akhirnya Mark menghela nafas nya sudah tidak kuat dengan segala rayuan yang Haechan berikan.
"Yaudah ayo."
Haechan tersenyum senang, ia segera turun dari kasur untuk memakai jaket miliknya, sebab pasti udara diluar sana sangatlah dingin. Begitu pula dengan Mark yang berjalan untuk memakai baju serta Hoodie dan topi miliknya.
▫️▫️▫️
See you part depan yaaa 💚💚💚
![](https://img.wattpad.com/cover/264102935-288-k194400.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanficYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...