16

85.6K 8.2K 773
                                    

Sesampainya Haechan dirumah, laki-laki manis itu membuka pintu apartemen dengan pelan, jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah 11 malam, rekor paling mengesankan yang Haechan punya, biasanya dia kalau pulang paling mentok ya jam 3 dini hari, nyerempet subuh kadang.

"Ngapain?" Tanyanya ketika melewati dapur ada Mark yang sibuk sepertinya mencari sesuatu.

"Cari obat." Jawab Mark yang berhasil membuat Haechan melangkah kearah suaminya itu.

"Udah gue letakkin di nakas kan, gak ada emang?"

Mark menggeleng, bukan sebuah jawaban tapi sebuah isyarat bahwa ia tidak mengetahui hal itu.

"Yaudah ayo kekamar, lo duluan aja gue mau ambil air dulu"

Mark mengangguk, berjalan lebih dulu untuk masuk ke kamar mereka. Sedikit terkejut sebenarnya, sebab Haechan malam ini pulang begitu cepat, dibawah jam 12.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu, Haechan sudah datang dengan satu gelas air di tangan kirinya. Laki-laki itu memutar kesebelah kanan ranjang, meletakkan segelas air tersebut diatas nakas. Mengambil obat yang terletak disamping pot bunga hias yang bertengger rapih di sana.

"Nih, udahnya tidur"

Mark hanya mengangguk sambil mengambil obat tersebut, mengambil sodoran air yang tadi Haechan bawa. Selagi Mark minum obat Haechan menuju kearah kamar mandi, ia akan bersih-bersih terlebih dahulu baru setelahnya ikut bergabung bersama dengan Mark nantinya.

Setelah selesai menenggak obat miliknya, Mark meletakkan kembali gelas kosong tersebut, melirik kearah handphonenya yang bergetar tertanda ada seseorang yang mengirimkan pesan. Mark mengambil handphonenya tersebut, membuka pesan yang dikirim oleh Jeno.

"Jangan main hp, tidur sana"

Menoleh, Mark segera meletakkan handphonenya lalu mengangguk. "Sini"

Tak ada jawaban dari Haechan tapi laki-laki yang berstatus istrinya itu sudah merebahkan tubuhnya di samping Mark sendiri.

"Mau peluk"

"Manja banget sih"

"Sama istri sendiri kok." Mark menarik Haechan kedalam pelukannya. Mendekap tubuh mungil Haechan yang pas dalam pelukannya. Tanpa ingin tahu bahwa Haechan sudah menahan diri untuk tidak berteriak. Untuk saja Mark mendekapnya, kalau tidak Haechan tidak tahu mau diletakkan dimana wajah merona miliknya ini.

🔹🔹🔹

"Katanya kamu sakit?"

Mark mengangguk, meminum susu yang Haechan buatkan tadi, bukan susu Haechan loh! Gak punya soalnya, gak tau nanti hah!

"Udah sembuh Mi, tuh menantu Mami yang ngerawatnya"

Haechan yang mendengar mulut manis Mark mengatakan itu lantas melirik Mark, menatap laki-laki itu dengan sorot mata mematikan miliknya.

"Aduh kamu tuh ya, kenapa bisa sakit, gak covid kan?"

Mark menggeleng, "buktinya 2 hari sembuh nih"

Taeyong mengangguk-anggukan kepalanya, berjalan ke dapur untuk melihat apa yang sedang menantunya itu lakukan. Kebetulan Taeyong sedang berkunjung sebab ini adalah hari Minggu, dia juga mendengar kabar kalau si bungsu sakit dari Haechan yang kemarin menghubunginya.

"Ngapain Chan?"

"Buat cemilan Mih, Gimbab doang kok"

"Tsk tsk pinter banget sih menantu Mami ini, udah manis, pinter masak, ngerawat suami dengan baik pula"

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang