Malam ini untuk yang kedua kalinya Mark tidur tanpa Haechan, untuk kedua kalinya rumah ini terasa sunyi dan malam ini terasa lebih dingin. Mark menatapi handphone miliknyanya, melihat wajah Haechan yang menjadi wallpaper lock screen miliknya itu.
Dalam otaknya Mark bertanya sedang apa istri manisnya itu, apakah Haechan di sana makan dengan baik, tidak sepertinya yang sekedar berjalan saja enggan. Apakah istri manisnya itu mampu tidur dengan baik, tidak seperti dirinya yang bahkan sulit untuk tidur, entah karena tidak ada Haechan di sisinya atau karena pikirannya yang runyam. Memikirkan banyak hal tentang kedepannya jika memang Haechan benar-benar enggan melanjutkan rumah tangga ini bersama dirinya.
Lamunannya terhenti ketika handphone yang berada ditangannya bergetar, Mark menundukkan pandangan, melihat siapa yang sedang menelponnya.
"Hallo Mih?"
"Kamu dirumah kan?"
"Iya."
"Nanti Bram ke rumah mau anter surat."
"Surat?"
"Iya surat cerai kamu, Haechan udah tanda tangan di sana."
Mark tak menjawab, ia lebih memilih menatap lampu tumblr yang berada disebrang sana, di rumah tetangganya. Ternyata Haechan memang benar-benar ingin ini segera berakhir, kalau sudah begini Mark bisa apa? Menghiraukan suara disebrang sana yang terus memanggilnya karena tak kunjung menjawab.
"MARKKK JUNG!!!"
"I-iya Mih?"
"Kamu kemana sih? Kok Mami dicuekin."
Mark tak menjawab, ia hanya menjawab bagian surat cerai tersebut. "Nanti aku ambil."
"Mark.."
"Aku tutup ya Mih, Bang Bram kek nya udah di depan." Setelah mendapat jawaban dari sebrang sana Mark mematikan panggilan tersebut, ia bergegas ke bawah untuk mengambil surat cerai yang Taeyong titipkan pada kakaknya itu.
"Lama banget Lo! Ngapain sih?"
Mark tak menggubris pertanyaan tersebut, ia hanya mengambil surat yang kakaknya itu sodorkan, "gue gak mau ditanyain Bang, jadi mendingan Lo pulang aja sana."
Bram menatap sinis kearah sang adik, "laknat Lo jadi adik! Makanya jangan sok-sok an mau selingkuh, mamam tuh hasilnya."
"Sialan Lo, jadi kakak gak guna. Pulang Sono kalo mau ngejekin gue aja."
Bram mengangkat sebelah bibirnya, "ini juga mau pulang kali, tapi gue mau bilang yang sabar ya adik. Emang rumah tangga itu gak semuanya berjalan dengan lancar dan mulus, jadi kalo emang Haechan mau nya cerai ya gapapa, tapi kalo Lo yakin Lo masih bisa dan mampu buat mempertahankannya ya pertahanin." Bram menepuk pelan pundak adiknya tersebut, lalu benar-benar berlalu dari rumah adiknya itu.
Meninggalkan Mark yang meresapi dalam-dalam perkataan sang kakak yang sudah berlalu dengan mobil miliknya, Mark melihat kearah map yang berada di tangan kirinya, mengeluarkan surat yang didalamnya tak lain dan tak bukan adalah surat gugatan cerai yang Haechan lakukan. Mark menghembuskan nafasnya dengan pelan ketika melihat tanda tangan Haechan sudah berada di sana.
Mark memejamkan matanya sebentar, pusing tiba-tiba saja mendera dirinya, meletakkan surat tersebut diatas meja yang berada di ruang tamu, Mark dengan tertatih berjalan ke arah kamarnya. Mungkin besok ia harus mencoba membicarakan hal ini pada Haechan, membujuk istrinya itu untuk menarik gugatan cerai tersebut.
🔹🔹🔹
Keesokan harinya Haechan berangkat ke kampus diatas oleh Ten, katanya sekalian Ten ingin pergi berkunjung ke butik milik Taeyong, saat sampai di parkiran Haechan tidak menemukan mobil Mark yang biasanya sudah terparkir rapih di susut lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanfictionYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...