65

54.5K 5.9K 1.5K
                                    

Saat Mark sampai di rumahnya ia menatap kearah Haechan yang juga melihat kearahnya dengan tatapan santai. Niatnya ingin melangkah mendekat dan merengek pada istrinya itu sebab ia menjalani dua jamnya dengan penuh kelelahan urung sebab Haechan sudah ditarik dengan pelan kearah belakang Taeyong.

"Mau apa kamu?!" Tanya Taeyong dengan sinis, sepertinya ibu dua anak itu sangat bermusuhan sekali dengan anak bungsunya tersebut.

"Mih.."

"Chan ayo ikut Mama pulang."

Mendengar perkataan tersebut membuat Mark menoleh, menatap kearah Mama mertua yang sudah siap-siap akan kembali lagi ke rumah miliknya. Setelahnya ia menoleh menatap kearah Haechan yang terlihat acuh tak acuh saja, toh niatnya dia memang mau pulang besok ke rumah orang tuanya. Haechan jadi tidak perlu pusing-pusing memikirkan alasan apa nantinya karena orang tuanya sudah tahu.

"Chan kamu mau ikut?"

Haechan melirik Mark sekilas, ia mengangguk, "iya, kan aku udah bilang kalo besok mau pulang ke rumah Mama."

Tatapan Mark memelas menatap kearah Haechan, sudah seperti anak kecil yang hendak di pisahkan oleh kedua orang tuanya. Setelahnya Mark tak berkata apa-apa lagi, ia lebih memilih menatapi semua yang perlahan pergi dari rumahnya.

Setelah semuanya pergi Mark masuk, ia memilih untuk merendamkan diri di dalam bathtub dengan air hangat. Pikirannya runyam, ia mengakui kesalahannya, ia tahu apa yang ia lakukan pada Haechan adalah sebuah kesalahan fatal. Tak seharusnya juga ia masih merasakan debaran itu saat bertemu dengan Koeun, benar apa yang dikatakan Dejun, dulu ya dulu, dan sekarang adalah sekarang.

Mark seharusnya sadar bahwa Koeun memang bukan lagi prioritasnya seperti dulu, ia seharusnya sadar bahwa ia sekarang memiliki Haechan yang juga sedang mengandung anaknya sendiri.

Mark meremat rambutnya sendiri ketika mengingat betapa bodoh dirinya yang takut Koeun kenapa-napa padahal tanpa sadar ia sendiri bisa mencelakakan istrinya juga calon anaknya. Nasi sudah menjadi bubur, Mark tidak bisa apa-apa sekarang, hanya menyesali perbuatannya beberapa Minggu belakangan ini.

Tapi satu yang harus Mark perjuangan adalah rumah tangganya, Mark tidak mau rumah tangganya hancur begitu saja. Ia harus membangun kepercayaan Haechan juga keluarganya kembali, Mark tak masalah atas apa yang sudah ia dapatkan karena menyakiti Haechan, asal Haechan nya kembali Mark dibuat koma oleh Papa mertuanya juga tidak apa-apa.

Setelah beberapa menit berlalu Mark keluar, ia menatap ranjangnya yang kosong, biasanya Haechan akan duduk di sana sambil memakan popcorn kesukaannya, tak lupa dengan TV yang menyala, menayangkan drama yang istri manisnya itu sukai.

Malam ini rasanya sunyi, tak ada yang bisa Mark lakukan selain duduk di balkon sambil menyesap rokoknya dalam-dalam. Tak ada pandangan yang dapat ditangkap oleh Mark seperti saat di apart. Ia hanya menatap kosong langit dihadapannya yang hitam kelam. Pandangannya menoleh kearah handphone saat benda pipih tersebut bergetar dan berbunyi menandakan seseorang sedang mencoba menghubunginya.

Mark mengambil benda tersebut dengan malas, menempelkannya pada telinga kanannya, ia mengangkat panggilan tersebut tanpa suara. Hingga suara disebrang sana memanggilnya namanya.

"Bang Mark?"

"Hm?"

"Lo udah balik?"

"Dah, kenapa?"

"Ini Koeun mau ngomong sama Lo."

"Kasih hp nya ke dia."

Beberapa detik setelahnya suara lain memasuki gendang telinganya.

"Mark kamu udah dirumah?"

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang