Kita percepat waktu yaa..
.
.Sekarang usia kandungan Haechan sudah memasuki bulan ke 9, tinggal menunggu beberapa hari lagi Haechan akan menjalani proses persalinan. Haechan juga sekarang sudah berada di rumah kedua orang tuanya, tentu saja atas permintaan sang Mama yang siru nya bukan main. Selalu di telponi setiap malam, pokoknya harus cepat-cepat tinggal di rumah orang tua Haechan.
Kata Mama sih takutnya ada apa-apa, kan Haechan juga Mark hanya tinggal berdua, kalau Haechan sudah tinggal di rumah Mama juga Papa kalau ada apa-apa tidak terlalu repot lagi. Awalnya Haechan sih tidak terlalu menanggapi perkataan sang Mama, tapi berkat bujukan dari Mark yang mengatakan bahwa apa yang Mama Ten katakan ada benar juga. Mark juga merasa takut meninggalkan Haechan seorang diri dirumah.
Seperti saat ini contohnya, Mark baru saja menjemput Haechan dari rumah mertuanya karena hari ini jadwal kuliah mereka yang berbeda.
"Kamu emang gak dapet izin melahirkan apa gimana sih?" Tanya Mark, ia sebenarnya sedikit kasihan pada istrinya itu karena masih harus kuliah menjelang persalinan begini, bagaimana kalau nanti tiba-tiba saja Haechan melahirkannya?
"Dapet, tapi masih mau kuliah. Lagian juga belum ngerasain apa-apa kok." Balas Haechan mencoba memberikan alasan, tapi memang benar, Haechan belum merasakan sakit yang kata orang-orang itu.
Mark akhirnya hanya mendengus, pasrah menghadapi keras kepala Haechan yang membuatnya sedikit pusing kepala. Tak lama mobil Mark sudah memasuki gerbang kampus, menyusuri jalanan hingga sampai di parkiran gedung seni.
"Tunggu sini, biar aku aja yang bantuin keluar mobilnya."
Haechan mengangguk saja, sebenarnya sih ia malu karena pasal turun dari mobil saja harus di bantu seperti itu, tapi demi nyamanan bersama Haechan membuang segala rasa malunya itu.
"Beneran mau kuliah? Aku gapapa loh anter kamu ke rumah Mama lagi."
"Yakin Baba, udah ah ayo nanti kelas aku udah keburu masuk."
Mark diam cukup lama hingga akhirnya ia mengangguk, menutup pintu mobil lalu berjalan berdampingan dengan Haechan.
"Loh Chan? Kok masih kuliah?"
Haechan tersenyum ketika ditengah perjalannya menuju kelas ia bertemu dengan Bu Taeyeon. Dosen yang akan mengajarnya jam pertama ini.
"Iya Bu." Haechan terkekeh, ia menjawab pertanyaan tersebut secara singkat.
"Bukannya udah mau lahiran ya?"
"Iya, tinggal nunggu hari."
"Astaga, seharusnya gak usah kuliah Chan. Nanti kalo tiba-tiba ngelahirin gimana?" Tanya dosen cantik tersebut. Ia menatap Haechan dengan khawatir.
"Semoga nggak deh Bu." Jawab Haechan kembali.
"Iya nih Bu, padahal udah saya bilangin gak usah kuliah tapi tetep aja mau kuliah."
Bu Taeyeon hanya dapat tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, mahasiswanya yang satu ini memang benar-benar luar biasa.
"Yaudah saya duluan ya, Haechan gapapa gak usah buru-buru, santai aja. Saya maklumi kamu terlambat masuk kelas."
Haechan tersenyum menanggapi perkataan yang Bu Taeyeon suarakan, "makasih ya Bu, maaf ih Haechan ngerepotin terus."
Bu Taeyeon tersenyum, ia mengibaskan tangannya. "Gak masalah. Yaudah duluan ya."
Mark beserta Haechan mengangguk, belum jauh Bu Taeyeon dari mereka Mark sudah membuka suara kembali, siap mengomeli Haechan lagi tentunya.
"Kan apa kata aku, kamu sih." Dengusnya, entah ya kenapa Mark jadi kesal sendiri dibuatnya. Sedangkan Haechan sendiri hanya diam, seolah tak bersalah sama sekali. Memang kenapa sih? Dia hanya ingin kuliah saja, enggan membuat absen karena absen kuliahnya sudah banyak sekali semester ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanfictionYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...