41

65.3K 7.1K 1.1K
                                    

Tak hanya Haechan, semua mahasiswa yang berada di kantin nampak terkejut, melihat kearah dimana suara nyaring tersebut berasal, kantin menjadi sunyi seketika. Tak ada yang berani bersuara, hanya ada bunyi sepatu yang berdecit seolah mengintimidasi semuanya. Si orang yang tadi berurusan dengan Haechan kini sudah terjatuh, ia meringis memegangi tulang keringnya.

"BANGSAT!"

"MARK!" Haechan langsung saja berlari, yang mana mengundang tatapan mata semua orang, diwajahnya semuanya seolah bertanya 'apakah yang Haechan panggil itu Minhyung?'

"Mark udah gak usah, aku yang salah." Kata Haechan, ia memegang lengan atas sang suami, berusaha untuk menenangkan emosi Mark dengan cara demikian.

Mark sendiri melirik kearah Jeno, Jeno yang mengerti langsung saja menarik Haechan menjauh kearah dimana Jaemin berada.

"Maksud Lo apaan hah?!" Mark menatap kearah orang tersebut dengan tatapan tajam miliknya. Orang itu juga sudah berdiri, yang Mark tahu laki-laki itu bernama Jiwoo, yang mendapati gelar mahasiswa abadi karena tak kunjung selesai dalam menempuh pendidikannya. Jiwoo menatap Mark dengan remeh.

"Gak usah sok berani deh Lo, baru berubah gaya dikit aja belagunya selangit." Jiwoo terkekeh, menambah emosi Mark makin memuncak. Yang mana kata-kata dari Jiwoo berhasil membuat yang lain menyadari tentang hal itu.

"Eh iya, itu kan Kak Minhyung yang penampilannya biasa culun itu kan?" Ujar perempuan dengan rambut sebahunya.

Temannya yang rambutnya dicepol lantas mengangguk, "iya, selama ini juga gak ada tuh melawan-melawannya, eh sekarang berubah drastis banget."

"Terus kenapa? Sirik Lo gak bisa kayak gue?" Mark menjawab dengan nada datar. Wajahnya benar-benar tidak bisa diajak untuk berkompromi lagi.

Tanpa ba-bi-bu Mark langsung memberikan bogeman kepada Jiwoo sampai-sampai Jiwoo kembali tersungkur. Belum sampai di sana, Mark sudah berada di atas Jiwoo memukuli wajahnya laki-laki itu dengan penuh emosi. Tak perduli jika yang ia hajar habis-habisan adalah seniornya sendiri. Yang di pikiran Mark hanyalah menghabisi senior yang sudah membuat Haechan terjatuh.

Jiwoo sendiri tak bisa melawan, ia sudah kalah telak, tenaga Mark tak bisa dianggap remeh. Bahkan sudut bibir Jiwoo sudah robek akibat pukulan yang Mark berikan.  Hidung dari laki-laki itu juga sudah mengeluarkan darah.

"MARK UDAH!"

Haechan khawatir, ia mencoba untuk melepaskan diri, namun tangannya ditahan oleh Renjun juga Jaemin.

"Na lepasin, itu orang bisa mati Na."

Jaemin menggeleng, "bahaya Chan, biar Jeno sama Lucas aja."

"BURU ANJIIR, ANAK ORANG KEBURU MATI, JENO! LUCAS!" Teriak Haechan, sontak saja si oknum yang mempunyai nama tersentak, padahal mereka masih ingin melihat bagaimana Mark menghabisi si Jiwoo itu.

Jeno serta Lucas maju, mereka menarik Mark dari atas tubuh Jiwoo yang sudah hampir tak sadarkan diri. Laki-laki itu sudah terbatuk-batuk, mungkin kesadarannya sebentar lagi akan hilang.

"Kalo sampe anak gue kenapa-napa, Lo tinggal nama malam ini juga anjing!" Mark mengatur nafasnya, ia melihat kearah Haechan yang menatapnya dengan panik.

Berbeda dengan Haechan, semua orang nampak terdiam, sebab mereka sangat jelas mendengar perkataan Mark barusan. Ketiga teman Haechan dan  teman Mark sontak melihat kearah keduanya. Bahkan Lucas menatap Haechan serta perut rata milik Haechan secara bergantian.

"Boss Lo serius?" Tanya Lucas, ia menatap kearah Mark tidak percaya.

"Kamu gapapa? Apa yang sakit?" Tanya Mark pada Haechan, ia mengabaikan pertanyaan yang Lucas ajukan, Haechan lebih utama daripada apapun itu.

Haechan menggeleng, "gapapa."

Mark mengangguk, ia mengecup kening Haechan sekilas. Menghiraukan semua orang yang menatap mereka dengan menahan nafas.

"GILA! GAK SALAH GUE DATENG KE KANTIN KAMPUS HARI INI, DAPET YANG UWU-UWU MAMAAA!" Nancy menangkup wajahnya sendiri. Sudah tidak sanggup dengan drama tvN yang ia lihat hari ini.

🔹🔹🔹

"CHAN GAK MAU TAU POKOKNYA LO HARUS KLARIFIKASI SEKARANG JUGA ANJING!" Renjun sudah menatap Haechan dengan wajah frustasi miliknya. Padahal sebenarnya biasa-biasa saja, dasar mereka ini penuh dengan ke dramatisan.

"Santai dong! Gue juga mau ngasih tau kali." Haechan menjawab perkataan Renjun dengan tak kalah nyolot juga.

"Ayo buru, Lo bunting?" Tanya Yangyang. Laki-laki pencinta duda itu melihat perut Haechan yang nampak masih rata.

"Iye, gue lagi ngisi."

"Anak siapa Chan?"

Nah ini, oknum bernama Na Jaemin ini memang kadang-kadang suka sekali bikin naik darah. "anak Lo Na."

Jaemin nampak terkejut mendengarnya, "kok gue, kapan gue nusuk Lo?"

"Jadi Lo gak inget?" Yangyang menggelengkan kepalanya, mengikuti permainan yang Haechan sedang buat ini. Menjahili Jaemin memang seri tiada duanya.

"Hah? Serius? Masa iya gue nusuk Lo Chan? Jun iya ya?"

"Iya, masa Lo gak inget? Waktu kita ke bar terus Lo mabok, nah Lo main sama Haechan tuh." Renjun malah ikut-ikutan.

"Demi apa?" Jaemin melihat Haechan. Haechan yang dilihat pun memasang wajah dramatis miliknya.

"Masa iya Lo gak percaya Na, anak Lo ini."

"DIH OGAH GUE PUNYA PASANGAN KEK LO."

"LAH ANJ NGEGAS LO BANGKE! OGAH JUGA GUE PUNYA LAKI KEK LO!"

"TERUS! TERUSKAN WAHAI TEMAN, AKU SUKA DENGAN KERIBUTAN INI." Setalah mengatakan hal tersebut Renjun berlalu, ia melangkahkan kakinya lebar-lebar. Haechan yang melihat hal tersebut pun lantas mengejar, ia mau dibelikan Ice Boba dulu soalnya, gak mau dari lain mau dari Renjun aja.

"HEH! NGAPAIN LO LARI-LARI? NYUNGSRUK NANTI GUE KENA TIKAM MINHYUNG!" Renjun membelakkan matanya, menatap Haechan dengan tajam. Haechan ini sepertinya belum sadar ya kalo sedang hamil, pakek lari-lari segala lagi.

"Beliin Boba dong."

"Gak ah gue lagi kanker."

"Ya ampun, makanya biar sembuh dari kankernya beliin ya?" Dengan jurus andalan Haechan mencoba membujuk sang teman. "Bukan gue yang mau, nih dedeknya." Haechan tersenyum, mengusap-usap perutnya yang masih terlihat rata.

Renjun akhirnya hanya bisa menghembuskan nafas pasrah, menatap kearah Haechan dengan tatapan datar. "Bisa-bisanya dia malak gue sama alasen itu, sayangnya gue mau lagi."

Haechan yang mendengar itu hanya tersenyum, karena ia tahu segalak-galaknya Renjun padanya, sahabatnya itu tidak akan bisa menolak permintaan yang ia pinta. Jaemin juga Yangyang hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Haechan barusan.

"Gila gue udah mau jadi uncle aja, eh onty apa ya?" Kata Yangyang, ia nampak berpikir.

"Inget Lo masih punya batang anjrit." Kata Jaemin, laki-laki itu menoyor kepala Yangyang.

"Jangan berharap Lo anak gue manggil Lo onty, gue suruh panggil mamang aja nanti."

"Lah sialan, jangan ya dek, nanti kamu gak dapet THR dari uncle Yang." Kata Yangyang seperti orang bodoh, ia menatap kearah perut Haechan.

"Udah mulai gila nih." Renjun terkekeh, ia menggelengkan kepalanya. Mereka sama-sama tertawa disepanjang koridor kampus.

▫️▫️▫️

Selamat membacaaa 😗😗😗

Ada sedikit revisi, dikit banget kok hehe

See youu 💚💚💚

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang