80

65.3K 5.6K 1.4K
                                    

Saat ini Haechan hanya bisa menarik dan menghembuskan nafasnya secara perlahan, ia bertopang pada ranjang. Sedangkan dibelakang sana Mark dengan sabar mengusap serat sesekali memijat daerah punggung serta pinggang Haechan sendiri, sesekali juga mereka akan saling berpelukan dengan Mark yang mengusap punggung Haechan serta Ten yang memijat pinggul Haechan juga.

Sekarang, di ruangan tersebut sudah ada Ten juga Taeyong, sedangkan Johnny serta Jaehyun tentu saja sibuk bekerja.

"Mark kamu udah makan?"

"Belum Mah."

"Makan dulu sana, biar Mama sama Mami kamu aja yang urusin Haechan."

"Tap-

- udah gapapa, kamu makan aja sana, nanti pingsan di ruang operasi gak lucu." Ujar Haechan di sela-sela ringisannya. Hal itu pun berhasil membuat Mark memberut, ia akhirnya mengangguk setelah memapah Haechan untuk duduk di tepi ranjang.

Laki-laki yang akan menjadi calon ayah dlaam beberapa jam kedepan itu melangkahkan kakinya menuju kearah sang Mami yang sedang membuka tas yang ia bawa.

"Ada semangka tuh di dalam sana. Di tepak warna putih." Tunjuk Taeyong menggunakan dagunya.

Mark sendiri hanya mengangguk, mencari benda tersebut untuk mengincar isi di dalam kotak tersebut. Ia mendudukan diri setelah berhasil menemukan tepak putih itu, memperhatikan Haechan yang sedang menopang dirinya menggunakan sebelah tangan, sedang sebelah tangannya lagi mengusap perut miliknya. Kepala Haechan yang mendongak, Mark seolah bisa merasakan betapa menyakitkannya kontraksi yang sedang berlangsung ini.

"Habisin nasinya ya Mark." Setelah itu Taeyong berlalu untuk mendekat ke arah sang menantu.

"Haduh Mama gimana ini?" Tanya Haechan kepada Ten yang sedang berdiri dihadapannya.

"Kenapa?"

"Gak kuat, sakit banget." Haechan kembali meringis, rasanya seperti tulangnya hendak patahkan semua. Dan Taeyong yang melihat itu hanya dapat tersenyum tipis. Mengusap lengan atas Haechan dengan lembut.

"Tahan ya, sebentar lagi kan mau operasinya. Mami juga dulu gitu loh. Nanti rasa sakitnya terbayar sama suara tangisan anak kalian nanti. Percaya sama Mami ya, harus kuat demi si dedek, oke?"

Haechan mengangguk, setelahnya ia bertanya. "Mih, apa Mami juga dulu sesakit ini pas ngelahirin Mark sama Bang Bram?"

"Iya, malah yang paling sakit tuh pas ngelahirin Mark, tau kenapa ya, kayak anak itu dari dulu emang hobinya nyusahin mulu." Kata Taeyong terkekeh, sedangkan tangannya kini sudah mengusapi punggung sang menantu.

"Rasanya tulang Haechan mau patah semua, sakit banget", entah yang keberapa kalinya Haechan meringis, menopang kepalanya dengan tangan, merasa sudah tidak tahu mau bagaimana lagi.

Mark yang melihat itu tentu saja merasa iba pada sang istri, namun mau bagaimanapun Mark tidak bisa berbuat banyak, menyudahi acara makannya dan segera berdiri untuk mendampingi istrinya lagi. Dan ia hanya bisa sekedar membantu memijat pinggul Haechan dan memberikan kecupan pada istrinya itu, memberikan kalimat-kalimat positif berharap Haechan akan tenang dan sedikit melupakan rasa sakitnya.

Haechan berdiri lalu berbalik arah melihat ke arah Mark, Haechan memeluk suaminya itu dengan erat.

"Mark.. hiks ini sakit banget", Haechan mencengkram erat kaos yang Mark gunakan. Mencoba memberitahu Mark rasa sakit yang ia terima dari cengkraman tangannya pada kaos milik milik Mark.

Mark mengangguk, ia sangat tahu dari wajah yang Haechan perlihatkan. Istrinya itu sangat kesakitan, hal yang Mark rutuki karena tidak dapat berbuat apapun selain memeluk tubuh istrinya itu dengan lembut.

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang