32

87.1K 7.9K 2.1K
                                    

Mark berlari mengejar Haechan, tidak memanggil istrinya itu. Namun, saat sudah dekat ia menarik pergelangan tangan Haechan sehingga membuat Haechan menjadi menghadapnya.

"Cha-

-apaan?! Gak usah Lo cari-cari alesan! Anjing banget ya Lo mau aja disosor lontee.. aarrghhh bangsat. Sana Lo babi! Jauh-jauh dari gue sekarang juga!" Haechan menunjukkan raut kesalnya, ia melepaskan pergelangan tangan nya dari cekalan tangan Mark. Melanjutkan langkahnya dengan aura kelam ikut serta.

Mark sendiri sudah menelan Saliva nya dengan kasar, wah ini benar-benar genting. Haechan nya sedang marah besar, salah Mark juga sih, kenapa harus menerima ciuman yang Yeri berikan tadi. Juga ia tidak lagi menghiraukan Haechan yang mengatainya dengan nama binatang itu.

Ia hanya berjalan mengikuti langkah Haechan, mengundang tatapan tanya dari berbagai orang-orang. Tapi ketika Haechan menoleh, Mark berhenti, mengangkat kedua alisnya.

"Ngapain Lo ngikutin gue? Sana gue lagi kesel anjir." Haechan mengkerutkan alisnya, bibirnya maju beberapa senti, hal yang membuat Mark gemas bukan main. Jadi mau main lumat-lumatan kan jadinya.

Dan, hal itu Mark wujudkan ketika mereka melintasi toilet lama gedung kesenian, Mark dengan sigap menarik Haechan untuk memasuki salah satu bilik yang berada di sana. Haechan sendiri tak dapat protes karena gerakan Mark yang sangat tiba-tiba.

"Mark! Apaan sih? Lepasin gak?" Haechan mencoba melepaskan kedua tangannya yang ditahan diatas kepala oleh Mark.

"Kenapa sih hm gemesin banget kalo marah begini?" Mark mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Haechan, bahkan tubuh keduanya sudah menempel, wajah Mark hanya tinggal beberapa senti lagi dari wajah tegang milik Haechan.

"Gak jelas Lo, minggir ah, gue ada MK." Haechan memberontak, ia melihat kearah samping, diam-diam berdoa semoga Mark tidak melakukan adegan panas di dalam toilet ini.

"Gue juga, sebentar. Siapa suruh bibir nya di maju-maju in? Lo tau kan kalo gue candu banget sama bibir ini?" Mark mengusap bibir berisi milik Haechan, Haechan sendiri sudah sangat deg-degan, Mark memang paling bisa membuat Haechan kicep juga panas dingin begini.

"Terus tadi juga di usap sama junior Lo itu kan?" Mark memiringkan kepalanya. Haechan memberanikan diri untuk menjawab.

"Gue masih mending di usap, lah elo di lumat bangsat, gue rela rela nolak cowok demi Lo, tai banget balesan yang gue dapet gak sebanding. Halah bangsat emang." Wajah Haechan kembali memberut, ia melirik kearah lain, jangan mata Mark, soalnya kalau ia melihat mata Mark nyalinya akan menciut kembali.

"Siapa yang nyuruh nolak itu cowok?" Tanya Mark, ia tersenyum miring.

Sedangkan Haechan yang mendengar itu langsung saja emosinya meluap, tak ia hiraukan rasa takut terhadap Mark, ia kembali mengeluarkan kata-kata kasarnya.

"Waah bener-bener, sialan ya Lo. Anjing, babi, tai Lo. Lepasin gue, gue mau nerima Sungchan aja kalo gitu." Haechan sudah hendak pergi, namun Mark memperkuat tahanan tangannya.

"Siapa bilang Lo boleh pergi hm?" Tangan kanannya yang bebas mulai ia letakkan disisi pinggang Haechan, menarik Haechan agar lebih dekat sehingga kedua bibir mereka kini menempel. Sebelum melanjutkan aksinya Mark menatap Haechan terlebih dulu. Tersenyum ketika Haechan juga kaget dibuatnya.

Tak lama mata itu tertutup, mulut Mark mulai bergerak dengan intens diatas bibir milik Haechan. Melumatnya dengan dalam, menyesapnya dengan sensual. Mark memperdalam ciuman mereka dengan cara menahan tengkuk Haechan dengan tangan kirinya. Sedangkan Haechan sendiri yang sudah menikmati cumbuan yang Mark berikan membalas tak kalah bergairah pula. Ia memeluk pinggang Mark setelah tangannya Mark lepaskan.

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang