Kenapaa yaa, aku jadi gak tega jugaa mau nyelesain ini ceritaa 😭😭
Yaudah lah yuk kita lanjut! Mana banyak yang minta Chenle nya nenen sama Echan lagi, otak kalian emang.. yaa kita sama aja sih sebenernya 😀
.
."Markk bangun!"
Haechan sudah sedikit memekik karena Mark tak kunjung bangun dari tidurnya, jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi.
Dengan wajah ditekuk juga bibir mengerucut miliknya, Haechan meletakkan Chenle tepat diatas kepala Mark, terserahlah. Haechan kesal sekali di buat oleh suaminya itu.
Berjalan kearah kamar mandi, Haechan membiarkan Chenle berdua dengan suaminya itu, suara dentuman pintu yang keras berhasil membuat Chenle tersentak, menoleh kearah pintu di mana Haechan menghilang di baliknya. Tak menangis, anak itu malah menarik rambut Mark kuat-kuat, entah apa maksudnya, mungkin anak itu mengatakan pada sang ayah kalau pemilik tahta tertinggi di rumah ini sedang marah-marah.
"Baa.. Baa." Kata Chenle sembari tangannya masih menarik rambut Mark, berusaha keras membangunkan Baba nya dari tidur mati nya itu.
Lama dak mendapatkan respon, Chenle akhirnya menyerah, ia berguling ke samping dan memainkan kaki miliknya, melirik kearah Mark yang masih asik memejamkan mata.
Bermenit-menit berlalu Mark tak kunjung bangun, Chenle yang di tinggal sendirian merasa bosan, anak itu akhirnya menangis karena merasa terabaikan. Tak lama Haechan keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan pakaiannya, menatap datar kearah Mark yang sudah bangun- setengah sadar, masih mengumpulkan nyawanya.
Dengan perasaan kesal Haechan mengambil Chenle dari samping Mark, lalu mengajak anaknya itu untuk keluar kamar, meninggalkan Mark yang masih mengumpulkan nyawanya.
"Maa.. nen." Chenle mendongak, melihat kearah Haechan yang menggendongnya. Haechan sendiri menunduk, ia tersenyum lalu mengangguk.
"Nanti ya, kita ambil buah dulu.. okeey?"
Chenle mengangguk, tersenyum menunjukkan dua giginya yang telah tumbuh, "ceeyy." Ujarnya lalu menyandarkan kepala di pundak Haechan sendiri. Sifat manjanya tiba-tiba saja keluar.
Setelah satu buah anggur berada di tangan Haechan yang ia ambil dari dalam kulkas sekarang Haechan juga Chenle menuju ke sisi kanan rumah. Tempat biasa Chenle berjemur kalau pagi-pagi begini.
Haechan mendudukan dirinya, menyandar pada punggung sofa lalu menghembuskan napasnya panjang. Pagi-pagi sudah di bikin kesal oleh suami tuh rasanya mau Haechan bejek-bejek aja itu muka, tapi nanti gak ganteng lagi Haechan yang rugi sih.
Haechan menunduk, melihat Chenle yang ternyata masih asik bersandar pada dada miliknya, terkekeh Haechan lalu menyikap bajunya sebatas dada, yang mana hal itu membuat Chenle tersenyum sumringah.
Haechan sendiri juga terkekeh di buatnya, mengelus sayang kepala sang anak yang sedang menyusu ini. Selagi Chenle menyusu, Haechan sendiri memakan anggur miliknya. Membiarkan Chenle dengan dunianya sendiri, tangan bayi itu yang satu sibuk memainkan puting milik sang Mama sedang tangan yang lainnya di tawan di belakang tubuh Haechan sendiri. Kaki Chenle juga tak tinggal diam, ia goyangkan kakinya yang menjuntai naik dan turun.
Sedang mulutnya juga tidak tinggal diam, bergumam tidak jelas, sampai kadang-kadang Haechan dibuat tertawa sendiri oleh gumaman anaknya itu.
"Aku cariin ternyata di sini."
Mendengar suara tersebut sontak saja membuat Haechan menoleh, hanya sekilas sebab ia kembali mengalihkan pandangan. Masih malas menatap wajah Mark yang sudah terlihat segar dengan rambut acak-acakan miliknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Innocent {Markhyuck}
FanficYang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdapat hal yang membuat Haechan tak habis pikir dengan sosok pemuda yang 1 tahun lebih tua darinya itu...