72

55.1K 5.7K 1.1K
                                    

Haechan sore ini sekitar pukul setengah 5 sedang asik duduk di ayunan. Ia memejamkan matanya sembari menikmati alunan lagu balad yang ia setel di tv besar samping kanan dirinya. Sesekali juga mengelus perutnya yang kini sudah semakin besar. Sudah 2 Minggu berlalu sejak ia pulang dari rumah sang mertua.

"Nih susu kamu."

Haechan sontak saja membuka matanya saat suara Mark memasuki gendang telinganya. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil susu tersebut, "masih panas." Ujarnya ketika permukaan jarinya menyentuh gelas berukuran sedang tersebut.

"Perasaan gak deh, yaudah aku taro sini dulu ya. Mau mandi." Mark lalu meletakkan susu hamil tersebut diatas meja, ia lalu berjalan kearah kamar untuk segera mandi. Karena memang setelah itu Mark akan pergi ke markas, hanya untuk silahturahmi saja. Sudah lama tidak kesana soalnya.

Sedangkan Haechan sendiri hanya mengangguk, lalu memejamkan matanya kembali, bibir mungilnya ikut bersenandung dengan lembut. Sampai beberapa menit berlalu Haechan kembali membuka matanya. Ia mendongak untuk mencari keadaan suaminya itu.

"MARKKK.."

"MAARKKK, TOLONGIN AKUUU!"

Tak lama suara pintu lemari tertutup dengan kencang dari arah kamar mereka, pintu kamar yang terbuka, Mark berlari menghampiri Haechan dengan wajah panik miliknya.

"Kenapa?" Tanyanya penuh khawatir, bingung ketika melihat istrinya terlihat baik-baik saja.

"Bantuin aku bangun hehe, gak bisa bangun susah." Katanya lalu tersenyum kearah Mark dengan sangat manis, sedangkan Mark sendiri menghela nafas. Ia kira istrinya ini kenapa-napa, tau-taunya hanya ingin dibantu untuk berdiri saja.

"Kok belum diminum susu nya?"

"Kan baru bisa bangun, kamu gimana sih?"

"Oh iya ya lupa." Setelah mengatakan kalimat itu Mark mendengus, ia mencubit pipi Haechan dengan gemas. "Aku kira kenapa kamu Chan, jangan suka bikin orang jantungan." Kata Mark lalu menarik sofa kecil untuk ia duduki.

"Gak kok, lagian juga melatih jantung tuh bagus apalagi latihannya berdua." Kata Haechan sambil mengambil susu nya, menenggaknya sampai tersisa setengah.

"Berdua? Emang apa?"

"Di kasur sambil tindih-tindihan alias ngewe." Haechan terkikik lalu melanjutkan kembali meminum susu miliknya. Sedangkan Mark, laki-laki itu sudah shock mendengar perkataan vulgar yang Haechan suarakan.

"Mulut kamu!" Mark menepuk pelan kening Haechan, lalu setelahnya mematikan TV. "Gak baik di denger anak kita." Lanjutnya kembali.

"Hihi iya Baba, adek jangan dengerin kata-kata  Mama kalo gak baik ya. Oke gak dek?" Tanya Haechan sembari menunduk, ia sedang mengajak sang anak berbicara.

"Kalo setuju kasih tahu Mama dong!" Kata Haechan lagi sambil mengetuk-ngetuk perutnya menggunakan telunjuk.

Dug

Haechan terdiam, ia lalu mendongak, menatap kearah Mark yang juga sedang menatap kearahnya. Mereka sama-sama terpaku, tidak percaya dengan apa yang barusan mereka lihat.

"Ka-kamu liat tadi kan?"

Mark mengangguk dengan kaku, ia sudah turun dari sofa yang ia duduki, Mark mengarah kearah Haechan, duduk sambil menatapi perut Haechan yang memang sudah istrinya itu singkapkan.

"Dia ne-nendang Mark." Katanya Haechan masih dengan wajah shock miliknya, sebab baru kali ini sang anak aktif di sore hari. Biasanya si dedek suka aktif di malam hari sekitar pukul 9 nan. Itu saja hanya sekedar pergerakan kecil, hanya Haechan yang dapat merasakan. Tapi sekarang, anaknya ini melakukan tendangan yang berhasil tercetak di perut Haechan sendiri.

[END] Not Innocent {Markhyuck}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang