5. Penderitaan Acha

27.8K 2.1K 153
                                    

“Apa aku enggak berhak untuk bahagia?”
Acha Raquella
###

MINAL AIDZIN WALFAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN🙏💚

Happy Reading💚
###

"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL! SEHARUSNYA KAMU ITU TIDAK LAHIR DI DUNIA INI! SAYA MUAK MELIHAT MUKA KAMU! DASAR TIDAK BERGUNA! BODOH. GAK PUNYA OTAK, BISANYA BIKIN EMOSI TERUS. BEBAN KELUARGA!" seorang pria paruh baya membentak anak gadisnya yang tengah menangis sesenggukan.

Beban keluarga katanya? Apa benar selama ini ia hanya menjadi beban di keluarga ini saja? Kenapa? Kenapa perkataan yang menyakitkan selalu saja ia dapatkan dari orang yang selama ini ia sayang.

Kapan mulut mereka itu melontarkan perkataan-perkataan yang bisa membuat hati nya senang? Kapan? Apakah hal itu tak akan pernah terjadi?

Lelah rasanya harus mendengarkan dan menerima perlakuan kasar setiap hari, tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah takdir nya. Memangnya siapa yang bisa melawan takdir?

"KERJAKAN PEKERJAAN KAMU SEKARANG! DASAR BODOH!" maki sang pria paruh baya itu.

Ia menatap nyalang anak gadisnya yang masih saja menangis dipojokan ruangan.

"NANGIS, NANGIS, NANGIS! APA KAMU ITU CUMA BISANYA NANGIS AJA HAH?! NANGIS TERUS!" bentak nya lagi.

"Hiks maaf, A-acha minta maaf Ayah." tutur gadis itu tulus.

Ia mengusap kasar air matanya, memberanikan diri menatap sang Ayah.

"Acha mau ngerjain kerjaan Acha dulu, permisi."

Acha, dia lah gadis yang sedari tadi menangis. Ia berjalan meninggalkan ruang keluarga dengan tangis yang belum reda, kedua pipinya terasa sangat amat sakit setelah mendapat empat tamparan sekaligus dari sang Ayah.

"Dasar bodoh!" maki Nadio sang kakak.

"Pembawa sial!" Sinta menatap anak gadisnya sinis.

Sungguh Acha merasa keberadaannya dirumah ini tak pernah dianggap, rumah yang dulunya selalu ia anggap istananya sekarang ia tak menganggap nya lagi. Sekarang rumah adalah neraka baginya.

Hanya karena hal sepele ia harus mendapatkan perlakuan kasar dari Ayahnya, belum lagi perkataan yang menyakitkan dari ketiga orang yang ia sayang selama ini.

"Acha kan cuma gak se-ngaja numpahin teh nya ke baju A-ayah, tapi k-kenapa Ayah sampe tampar Acha hiks. Kenapa?" isak Acha dipojokan dapur.

Itu hanya masalah sepele kan? Tapi kenapa Ayah nya sampai harus berbuat kasar padanya?

"ACHA, BUATIN GUE JUS JERUK!" teriak Nadio dari ruang keluarga.

Acha segera membuatkan nya, ia tak mau mendapatkan tamparan lagi.

Ia membawa jus nya dengan hati-hati, kali ini ia tak akan membuat kesalahan lagi. Sudah cukup hari ini ia menangis dan mendapatkan perlakuan kasar dari mereka.

"Lama amat!" ujar Nadio sinis.

Acha menunduk, "Maaf abang."

Nadio mengibaskan tangan nya, "Udah sana pergi! Ngapain masih disini."

Acha meremas ujung bajunya, ia menunduk dalam. "Acha juga mau nonton tv bareng kalian,"

Sinta berdecak menatap Acha sinis, "Saya gak sudi nonton tv bareng kamu, lebih baik kamu nonton tv di kamarmu saja sana." ucapnya.

"Ta-pi Acha..."

"PERGI!" pinta Nadio.

Acha melangkahkan kaki meninggalkan mereka, ia berjalan menunduk dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.

ACHA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang