34. Kenyataan Yang Pahit

12K 1K 45
                                    

PROMOSIIN CERITA INI KE INSTAGRAM, TIKTOK AND AKUN SOSMED KALIAN LAIN NYA!

BUAT KALIAN YANG MAU PROMOSIIN CERITA AKU DI IG, JANGAN LUPA TAG @lanwulan.24 and @wattpadlann atau bisa salah satunya💚

50K KOMEN KALO MAU AKU DOUBLE UP BESOK!

Happy Reading 💚
###

Leo menunggu didepan ruang IGD, dia menundukkan kepalanya. Dia bahkan tak menghiraukannya dirinya masih dalam keadaan basah kuyup.

Cklek

Leo mengalihkan atensinya pada Dokter Vivi yang baru saja keluar dari ruang IGD, Leo heran. Kenapa setiap Acha masuk rumah sakit. Dokter yang menanganinya pasti selalu Dokter Vivi, apa tidak ada Dokter lain?

"Leo," panggil Dokter Vivi, dia mendekat ke arah Leo yang masih duduk.

"Gimana keadaan Acha dok?" tanya Leo.

Dokter Vivi terlihat menghela nafasnya, membuat Leo mengernyit heran.

"Mungkin sebaiknya saya kasih tahu kamu soal Acha, biar nanti ada yang lebih perhatiin dia."

Leo mengerutkan dahinya, dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Dokter muda dihadapannya ini.

"Ikut saya, keruangan saya. Acha nanti akan dibawa ke ruang inapnya."

Dokter Vivi berjalan menuju ruangannya, Leo mengikutinya. Masih dengan banyak pertanyaan dikepalanya. Tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Acha.

"Silahkan duduk," pinta Dokter Vivi.

Dokter Vivi membuka lacinya, mengambil sebuah Map berwarna kuning dari sana.

"Buka dan bacalah!" pintanya pada Leo.

Leo yang masih bingung pun hanya menurut, dia membuka Mapnya. Mengambil kertas yang ada didalamnya, dia membacanya dalam diam.

Leo terpaku saat ia sudah selesai membaca kertas tersebut, kertas yang berisi tentang kesehatan Acha selama ini.

"Leukimia stadium 3?" lirih Leo, dia menatap Dokter Vivi meminta penjelasan.

Dokter Vivi menghela nafas, dia mengangguk. "Beberapa bulan lalu, Acha datang ke rumah sakit ini. Dan kebetulan saya yang menanganinya, dia bercerita kalau dia baru saja pindah ke sini. Satu hari setelah pindah tepatnya, dia kesini. Saat memeriksanya saya kaget, saat itu Leukimia Acha masih stadium 2. Kamu ingat saat Acha kecelakaan? Kondisinya semakin parah, bahkan dia juga koma. Disitu, Leukimia Acha memasuki stadium 3."

Lagi, Leo terdiam mendengar penjelasan dari Dokter Vivi. Kenapa dia tidak menyadari kalau Acha memiliki penyakit serius seperti Leukimia. Bahkan dia baru sadar beberapa hari yang lalu, dia baru sadar. Kalau Acha-nya lebih kurus dari yang pertama kali dia bertemu Acha. Bahkan, sekarang pipi yang dulunya Chubby pun sudah tirus.

"Tapi dia keliatan baik-baik aja, Dok!" ucap Leo tegas.

"Leo, Acha itu pandai menutupi semuanya. Dia tidak terlihat pucat bukan? Dia cerita sama saya, kalau dia selalu memakai bedak dan liptin agar dia tidak terlihat pucat. Sebenarnya, Acha meminta saya untuk merahasiakan tentang penyakitnya tapi sekarang saya tidak mau merahasiakannya lagi, saya khawatir sama kondisi dia. Kamu tahu bukan penderita Leukimia itu, mudah lelah, mudah memar dan sering kali mimisan? Saya mau kamu perhatiin dia, jangan biarin dia ngelakuin hal-hal yang berat. Jangan buat dia kelelahan," jelas Dokter Vivi.

Leo meremas Map yang dia pegang, matanya memanas. Dia benar-benar tidak menyangka kalau kekasihnya memiliki penyakit seperti ini.

"Kondisi Acha semakin buruk Leo, sepertinya sudah beberapa minggu ini. Acha tidak meminum obatnya, makanya kondisi dia menurun. Acha juga sudah jarang check up ditambah lagi dia sering kali mendapat kekerasan dari keluarganya, itu akan membuat kondisinya bertambah semakin buruk. Dia bisa memasuki stadium akhir Leo," Dokter Vivi mengusap air mata yang tiba-tiba saja menetes.

ACHA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang