32. Kembalinya Teman Lama

11.1K 908 11
                                    

PROMOSIIN CERITA INI KE INSTAGRAM, TIKTOK AND AKUN SOSMED KALIAN LAIN NYA!

BUAT KALIAN YANG MAU PROMOSIIN CERITA AKU DI IG, JANGAN LUPA TAG @lanwulan.24 and @wattpadlann atau bisa salah satunya💚

AYOK BANTU AKU CARI CAST YANG COCOK BUAT MEREKA!

Happy Reading💚
###

Pukul 10.45, Acha, si kembar dan Sean serta Gio sudah berkumpul di cafe milik si kembar.

Mereka tengah membahas masalah kemarin, tentang rumah harapan yang akan mereka wujudkan hari ini.

"Kemarin malem, gue sama abang udah nyari rumahnya. Dan udah nemu, gak gede sih tapi lumayanlah," jelas Leon.

"Loh jadi kalian kemarin langsung nyari rumahnya?" tanya Acha.

Leo dan Leon mengangguk, "Perabotannya udah ada semua, kita tinggal beli kasur, bahan masakan. Sama rak buat buku aja, kita sediain satu ruangan buat perpustakaan," ucap Leon.

Gio mengangguk, "Yaudah hari ini kita belanja semuanya, terus kita cari guru les sama pembantu yang buat ngurus mereka nanti."

"Dua," ucap Leo membuat yang lain menatapnya bingung.

"Apanya yang dua?" tanya Sean.

"Pembantu," ucap Leo.

Mereka mengangguk mengerti, "Iya juga sih. Kalo satu pasti nanti repot karena kan pasti nanti jumlah anak-anaknya makin nambah," ujar Gio.

"Masalah gaji buat pembantu sama guru les, kita pake setengah dari penghasilan cafe ini aja, kalo uang kita. Kita pake buat uang bulanan mereka aja sama buat beli kebutuhan rumah harapan nanti, kaya misalnya kebutuhan dapur gitu," jelas Leon. "Gimana bang? Setuju gak kalo sebagian penghasilan cafe kita pake buat gaji pembantu sama guru?" tanya Leon pada Leo.

"Setuju aja," ucap Leo.

"Acha nanti mau beliin mereka buku buat belajarnya bolehkan?" tanya Acha yang sedari tadi diam.

Mereka mengangguk, secara serempak menjawab. "Boleh kok, Cha."

"Sekalian nanti kita beli bajunya juga," ucap Sean.

"Eh tapi, apa gak papa penghasilan cafenya kakak pake buat gaji pembantu sama guru? Kenapa gak patungan pake uang kita aja?" ucap Acha pada Leo dan Leon.

"Gak papa, kita juga lagi bangun cabang dari cafe ini. Otomatis penghasilan kita juga nambah. Jadi gak masalah, lagian ini cafe kita sendiri. Orang tua kita gak ada yang ikut campur tangan, jadi fine-fine aja. Kalaupun Ayah sama Bunda tahu juga pasti mereka setuju-setuju aja," jelas Leon. Leo hanya diam karena malas ngomong panjang kecuali kalo sama Acha aja.

Dia diam bukan berarti dia tidak setuju dengan usulan Leon, hanya saja kalian tahu bukan Leo orangnya kaya gimana? Mereka juga maklum aja udah biasa, Leo mah kutub jadi kalo ngomong irit. Kata Sean sih gitu.

"Gila gak nyangka gue kalo ini cafe udah mau punya cabang aja," ucap Sean berdecak.

"Masih muda udah jadi pengusaha lo berdua!" lanjutnya.

"Alhamdulillah, kita berdua juga gak nyangka kalo cafe yang dulu kita buat pake uang pinjeman Ayah sekarang udah rame pengunjung. Kita juga udah bisa balikin uang yang kita pinjem dari Ayah," ucap Leon tersenyum.

"Cabangnya dimana?" tanya Gio.

"Bogor," jawab Leo.

"Ebuset, jauh bener!" celetuk Sean.

ACHA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang