"Bolehkah aku berharap?"
Happy Reading💚
Di gelapnya malam yang sunyi, disalah satu ruangan yang sama sekali tak ada penerangan. Disana, terdapat seorang gadis tengah menangis di sunyi nya malam.
Tangisan nya terdengar pilu, dalam sunyi nya malam ia mencoba menahan rasa sakit yang ia rasakan pada perutnya.
Hari ini, ia kembali mendapatkan hukuman dari Ayah nya. Ia kembali mendapatkan pukulan dan juga tamparan dari Ayah dan Abang nya, hari ini juga. Ia kembali mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut mereka.
Menangis pun rasanya percuma, rasa sakit di hati nya tak kunjung sembuh. Setiap harinya selalu aja ada yang membuat hati nya kembali sakit.
Dia Acha, gadis cantik yang sayang nya harus mendapatkan siksaan dari keluarga nya sendiri.
Hanya karena hari ini Acha pulang nya sore, keluarga nya marah besar. Acha dibentak, Acha ditampar. Acha juga mendapat pukulan di perut nya, Acha juga harus mendengar kata-kata yang menyakitkan.
"S-sakit hiks," isak Acha, saat ini ia tengah dikurung di gudang oleh Ayahnya.
"Ayah, kenapa ayah pukul Acha? Bunda, kenapa bunda tampar Acha? Abang juga, kenapa abang jambak Acha? Kenapa kalian semua jahat sama Acha?"
"Acha kan pulang nya cuma telat satu jam aja, tapi. Kenapa kalian marah? Kenapa kalian sakitin Acha?"
Kepala Acha terasa pening, ia kembali teringat ucapan Ayah nya tadi sore.
"Hiks, maafin Acha. Bunda, Acha takut," Acha memegang kepalanya yang terasa sakit.
Sekelebat bayang bayang masa lalu kembali hadir, kejadian itu. Kejadian tragis yang membuat hidup Acha berubah drastis.
"Anak tidak tau diri!"
"Pembawa sial!"
"Pembunuh!"
"Anak kaya kamu itu gak ada gunanya sama sekali!"
"Mati aja kamu!"
"Kamu seharusnya gak ada di dunia ini!"
"Kenapa gak kamu aja yang mati sih?"
"PEMBUNUH!"
"PEMBAWA SIAL!"
"KAMU ITU PEMBUNUH!"
"KENAPA KAMU GAK MATI SIH?"
"KAMU ITU TIDAK PANTAS HIDUP DI DUNIA!"
"MATI KAMU!"
"KAPAN KAMU MATI? DASAR PEMBUNUH!"
"PEMBUNUH!"
"ENGGAK! BUKAN! ACHA BUKAN PEMBUNUH!" pekik Acha.
Acha menutup telinganya kala perkataan perkataan menyakitkan itu terdengar.
"HIKS ACHA BUKAN PEMBUNUH, BUKAN ACHA PEMBUNUH NYA. BUKAN ACHA! HIKS, ACHA BUKAN PEMBUNUH."
Acha yang malang, kondisi nya saat ini jauh dari kata baik baik saja. Bahkan, sekarang ia masih mengenakan seragam sekolahnya.
Rambutnya sudah acak acakan, sudut bibirnya berdarah. Jejak tamparan terlihat jelas di kedua pipinya, air mata terus mengalir membasahi pipinya.
Acha mengambil tas sekolah nya, gadis itu mengeluarkan dua buah boneka ayam dari tas nya.
"Cio, Lele. Acha bukan pembunuh kan? Haha iya Acha itu bukan pembunuh."
"YEY ACHA BUKAN PEMBUNUH!" pekik Acha, gadis itu tertawa seraya memeluk kedua boneka nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHA [END]
Teen Fiction"Mulai sekarang lo pacar gue!" "Hah?" "Sekarang lo pacar gue!" ucapnya. "Kakak ngomong sama Acha?" tanya Acha . "Iya lah terus sama siapa lagi?" "Jadi, sekarang Acha punya pacar?" tanya Acha. "Wahh, Acha punya pacar," pekik Acha. "Gue, Leonard Ald...