“Aku yang menginginkan kasih sayang orang tuaku”
-Acha Raquella
SS BAGIAN YANG KALIAN SUKA POST DI INSTASTORY KALIAN, JANGAN LUPA TAG @lanwulan.24 and @wattpadlann Maacih💚
Happy Reading 💚
###Rasa ingin menyerah sebenarnya kerap kali sering menghampiri, namun. Lagi dan lagi, dia menepis dengan tegas rasa itu.
Teman-temannya pernah bertanya, kenapa dia tidak membenci kedua orang tuanya. Maka dengan tegas pula dia akan menjawab. "Aku sayang mereka, bagaimana pun mereka tetap orang tuaku!"
Jawabannya kala ditanya seperti itu, pernah juga temannya bertanya. Capek gak sih setiap hari kaya gini terus, sakit gak sih setiap hari harus menerima luka.
Lagi dan lagi dengan tegas dia akan menjawab, "Ya tentu aku capek, aku manusia yang pastinya akan merasakan hal seperti itu. Namun, ini sudah takdir ku, aku bisa apa? Menentang takdir pun tak bisa."
Dia lelah harus menanggung semua penderitaannya sendiri selama ini, tanpa ada yang mau menjadi sandarannya. Menjadi tempatnya bercerita, dia hanya bisa bercerita pada sang pencipta dan memendam semua yang ia rasakan sendirian.
Namun, ternyata tak selamanya dia menanggung semuanya sendiri. Leo, sosok itu datang. Leo yang siap menjadi tempat sandarannya dan tempatnya bercerita, hingga dia tidak lagi memendam semuanya sendiri.
Acha menghela nafasnya, menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Pikirannya berkelana entah kemana.
"Acha beruntung, sangat beruntung. Ketemu sama kak Leo yang tulus sayang sama Acha, keluarga kak Leo pun mau menerima Acha apa adanya," ujarnya.
Acha pikir, setelah mengetahui semua penderitaan yang dia terima serta penyakit yang bersarang pada tubuhnya. Leo dan keluarganya tidak mau lagi menerimanya.
Namun, Acha salah. Leo dan keluarganya justru menerimanya, membantunya sembuh dari penyakitnya. Berusaha menghilangkan beribu luka dengan yang dia dapat dengan hiburan dan dukungan dari mereka.
Sudah terlalu lama Acha menanggung semuanya sendiri, sudah terlalu lama dia mendapatkan luka. Entah itu luka fisik maupun luka batin.
Batinnya terguncang hebat karena ulah keluarganya sendiri.
"Boleh gak sih Acha berharap? Acha mau, Ayah dan Bunda sayang sama Acha lagi."
"Harapan Acha cuma itu, susah ya bagi mereka?"
"Semoga, Abang sama kak kembar bisa dapetin bukti itu, Acha mau. Kebenarannya segera terungkap," lirihnya.
Berapa banyak luka yang dia dapat?
Berapa banyak cacian yang dia dapat?
Sepertinya banyak, karena bukan sekali dua kali dia mendapatkannya. Tapi berkali-kali, bertahun-tahun.
"ACHA!"
Teriakan dari bawah membuat Acha tersentak, dengan tergesa-gesa dia keluar dari kamarnya.
"Kenapa Bun?" Acha bertanya saat dia sudah berada dihadapan Sinta yang tengah berada di ruang keluarga.
"Lagi ngapain kamu?" tanya Sinta sinis.
"Acha lagi tiduran, Bun."
"Bagus ya kamu, piring masih kotor. Kamar saya belum kamu beresin. Tapi kamu malah enak-enakan tidur!" Sinta membentak Acha hingga membuat gadis itu tersentak.
"Kan ada Bibi, Bunda. Acha capek," ujar Acha menatap Sinta dengan wajah lelahnya.
"Bibi lagi nyapu halaman belakang, sana kamu yang ngerjain! Cuci piringnya sampai bersih, awas aja kalau sampai masih ada noda di piringnya. Saya hukum kamu," ujar Sinta menunjuk wajah Acha, dia berlalu meninggalkan Acha sendiri di ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHA [END]
Teen Fiction"Mulai sekarang lo pacar gue!" "Hah?" "Sekarang lo pacar gue!" ucapnya. "Kakak ngomong sama Acha?" tanya Acha . "Iya lah terus sama siapa lagi?" "Jadi, sekarang Acha punya pacar?" tanya Acha. "Wahh, Acha punya pacar," pekik Acha. "Gue, Leonard Ald...