“Acha, dia pembohong besar. Dia terlihat ceria namun nyatanya dia sosok yang rapuh”
Lagu yang terakhir kali kalian putar:
Happy Reading 💚
###Satu minggu berlalu, sekolah sudah kembali masuk. Hari ini, hari pertama mereka memasuki sekolah. Hari pertama masuk di semester baru.
Pagi ini terlihat cerah, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 06.25, seorang gadis tengah mengikat rambutnya dengan gaya ikatan kuncir kuda.
Setelah selesai, diraihnya tas yang terletak dimeja belajar. Tas berwarna biru dengan gambar ayam didepannya.
"Waktunya sarapan!" serunya.
Kakinya mulai melangkah keluar dari kamar, saat ia berbalik setelah menutup pintu kamarnya. Dia langsung berhadapan dengan kakak satu-satunya.
"Pagi bang Iyo!" sapanya dengan senyum dibibirnya.
"Pagi adek abang, hari ini mau bareng sama abang atau dijemput sama Leo?" tanya sang kakak.
Acha, gadis itu semakin mengembangkan senyumnya, "Sama kak Leo, katanya bentar lagi dia ke sini."
Nadio, dia mengangguk. Lantas tangannya terangkat merangkul bahu adiknya.
"Ayo turun, kita sarapan."
"Let's go!" balas Acha.
Keduanya menuruni satu persatu anak tangga, langkah mereka diiringi candaan yang terus keluar dari Nadio.
Tawa mereka begitu menggema dipagi ini, sampai akhirnya tawa Acha terhenti saat dia dan Nadio telah sampai dimeja makan.
Netranya menatap Ayahnya yang tengah menatapnya tajam dan dingin. Tawa yang semula redup kini tergantikan dengan seulas senyuman.
Acha menatap kedua orang tuanya dengan senyuman, "Pagi Ayah, pagi Bunda."
Hening, tak ada balasan yang keluar dari mulut keduanya. Hanya menatap Acha dengan pandangan dingin dan sinis.
"Pagi Yah, Bun," Nadio ikut menyapa keduanya.
"Pagi juga boy," balas keduanya.
Acha terpekur, sapaannya tadi tidak mereka balas. Namun, saat Nadio yang mengucapkan. Langsung mereka balas dengan senyuman dibibir keduanya.
"Sini sayang kita sarapan, kamu mau sarapan pake apa?" Sinta bertanya pada Nadio.
Nadio menggeleng, "Dio gak sarapan Bun, buru-buru mau langsung ke kampus. Ada kelas pagi soalnya."
"Jangan gitu, udah ayok sarapan dulu. Nanti kamu sakit," ujar Sinta dengan tutur kata yang lembut.
Acha masih diam ditempatnya, memperhatikan Sinta yang begitu perhatian pada Nadio, bahkan tutur kata wanita paruh baya itu begitu lembut, berbeda jika berbicara padanya.
"Enggak Bun, Dio buru-buru banget ini. Sebentar lagi telat, lagian Nadio gak akan sakit cuma gara-gara gak sarapan," Nadio kembali menolak. "Dio berangkat," ucapnya.
Nadio menyalami tangan Bunda dan Ayahnya, dia beralih pada Acha.
"Jangan lupa sarapan oke," ucapnya pada Acha, "Jangan lupa diminum obatnya biar cepet sembuh," Nadio berbisik saat mengatakannya.
Acha mengangguk, "Iya Abang, abang juga kalo kelasnya udah selesai. Jangan lupa makan," ucapnya.
"Iya adek abang yang gemesin," Nadio mencubit kedua pipi Acha. "Abang berangkat duluan ya, ingat pesan abang. Bye-bye adek cantik," Nadio mengusap kepala Acha sebelum dia berlalu dari hadapan Acha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHA [END]
Teen Fiction"Mulai sekarang lo pacar gue!" "Hah?" "Sekarang lo pacar gue!" ucapnya. "Kakak ngomong sama Acha?" tanya Acha . "Iya lah terus sama siapa lagi?" "Jadi, sekarang Acha punya pacar?" tanya Acha. "Wahh, Acha punya pacar," pekik Acha. "Gue, Leonard Ald...