BAB 6

4.5K 213 5
                                    

Assalamualaikum semuanya, alhamdulillah bisa update lagi ^^

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya teman-teman biar aku semakin semangat nulisnya ^^

Share juga ke teman-teman kalian siapa tau ada yang minat bacanya ^^

BAB 6 [RESTU AYAH IBU]

Happy reading semuanya ^^

****

Setelah mengelilingi pesantren, Nera dan Kala kembali ke ruang tamu. Mereka semua menyambut Nera dan Kala dengan senyuman bahagia.

"Wah, kelihatannya kalian sudah sangat akrab ya," goda Umi' Ane.

Kala hanya membalas dengan senyuman tipis, sedangkan Nera hanya diam dengan menunduk, bahkan wajahnya tidak menampilkan senyuman sedikit pun.

Nera kembali duduk di sebelah Umi' Ane, dan Kala duduk di sebelah Om Rizky, Papanya.

"Gimana Nera? Apa sudah merasa cocok dengan Nak Kala?" tanya Kyai Nadim.

Nera tidak menjawab, wajahnya semakin menunduk. Kedua tangannya meremas gamis yang dipakainya.

"Sayang, ada apa?" tanya Umi' Ane berbibisik, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

Nera menatap Umi' Ane lalu menggeleng kecil seraya tersenyum tipis.

"Afwan semuanya, Nera ke dalam dulu. Permisi, assalamualaikum," pamit Nera langsung pergi dari ruang tamu dengan sedikit berlari.

"Waalaikumussalam," balas mereka semua.

Kyai Nadim menatap Umi' Ane, tatapannya seolah bertanya, ada apa dengan Nera? Umi' Ane hanya membalas dengan gelengan kecil.

"Apa kamu ada masalah dengan Nera?" tanya Om Rizky pada anaknya.

Kala menghela napas berat lalu tersenyum tipis ke arah papanya dan menggeleng kecil.

"Lo bilang dia cewek yang pernah lo sakitin Dek," ujar Hafiz membuat semua orang menatap kearah Kala.

Kala menatap tajam Hafiz, kenapa kakaknya membahas soal pribadinya dengan Nera dulu.

"Maksudnya apa ya? Nak Kala sebelumnya kenal dengan Nera?" tanya Umi' Ane.

Kala tersenyum canggung, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kala dan Nera pernah satu kelas waktu pertama kali masuk sekolah, waktu MPLS," jawab Kala apa adanya.

"Umi', ini privasi mereka berdua," tegur Kyai Nadim lembut pada istrinya.

"Afwan Bi," ujar Umi' Ane bersalah.

Kyai Nadim mengangguk seraya tersenyum.

"Kalau punya masalah cepat di selesaikan, jangan jadikan masa lalu alasan untuk kamu mengkhitbah Nera," tutur Om Rizky.

Kala menghela napasnya. "Kala mengkhitbah Nera bukan atas dasar masa lalu."

Om Rizky mengangguk paham. 

"Sudah tidak apa, mungkin mereka berdua memang butuh privasi," ujar Kyai Nadim menengahi.

"Nak Kala yakin kan mau mengkhitbah putri saya?" tanya Kyai Nadim lagi.

"Insyaallah, saya yakin," jawab Kala.

"Kalau begitu, nak Kala siap bertemu dengan orang tua Nera?" tanya Kyai Nadim.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang