BAB 59

5.3K 398 163
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^

Maaf banget ya telat update, sibuk banget di tambah moodku gak baik beberapa hari ini, maaf ya yang udah nunggu huhuhu

Vote, komen, dan share ya ^^

Bentar lagi ending xixixi

BAB 59 ["ABI?"]

Happy reading ^^
.
.
.


****

.

Kala tidak langsung kembali ke kantornya, ia memilih untuk pergi ke taman dekat kantornya terlebih dahulu. Pikirannya kacau, ia tidak mau pekerjaan dan orang-orang kantor terkena imbasnya.

Cukup dulu saja, ia tidak mau membuat kekacauan lagi di kantornya untuk yang ke dua kalinya.

Kedua kalinya? Iya, dulu Kala pelampiaskan emosinya di pekerjaan. Ia kira dengan begitu bisa lupa dengan hal menyakitkan itu, tapi nyatanya hal itu membuat kekacauan di kantornya.

Semua karyawan terkena imbasnya, bahkan investor-investor besar pun terkena hingga membuat perusahaannya diambang kebangkrutan.

"Ya Allah," gumam Kala mengusap kasar wajahnya.

"Astagfirullah..." lirih Kala.

Bruk!

"Awhss.... " ringis seseorang mengagetkan Kala.

Kala langsung menoleh ke belakang, terlihat seorang anak kecil terjatuh dengan lutut terluka.

"Astagfirullah." Kala langsung menghampiri anak kecil tadi.

"Dek, kamu nggak papa?" tanya Kala membantu anak kecil tadi untuk bangun.

"Au au au, sakit hiks.. hiks.. " isak anak kecil tadi.

"Loh Abbi," kaget Kala. "Duduk di sana, saya gendong."

Kala langsung membopong tubuh mungil Abbi untuk di dudukkan di kursi yang ia duduki tadi.

"Bentar ya, saya ambil kotak p3k dulu di mobil," ujar Kala.

Abbi mengangguk dengan suara isakan kecil keluar dari mulutnya. Kala langsung berlari kecil menuju mobilnya dan mengambil kotak p3k, perasaanya sungguh sangat cemas melihat Abbi terluka seperti itu.

Kala berjalan cepat menuju Abbi, ia langsung berjongkok di depan Abbi dan mengobati luka Abbi.

"Tahan sebentar ya," ujar Kala, ia meringis kecil saat melihat wajah Abbi yang menahan sakit.

"Terima kasih Om baik," ucap Abbi menatap Kala dengan senyum manis di wajahnya.

Om baik? Om? Anak kandungnya memanggilnya Om? Darah dagingnya sendiri tidak mengenalinya? Sungguh ini sakit yang begitu luar biasa.

"O-om baik?"

"Iya, Om baik, karena sudah mengobati luka Abbi," ujar Abbi.

Kala memaksakan senyum diwajahnya, hatinya terasa teriris-iris mendengar anaknya memanggilnya Om.

"Oh ya nama Om baik siapa?" tanya Abbi.

"Kalandra Nadeem Alhusayn," jawab Kala.

"Wauu, Om baik tidak bohongkan?" tanya Abbi dengan wajah terkejud sekaligus berbinar.

Kala mengangguk dengan mengerutkan keningnya bingung.

"Ada apa?" tanya Kala penasaran.

"Nama Om baik sama dengan nama Abinya Abbi," jawab Abbi.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang