BAB 42

4.9K 272 152
                                    

Assalamualaikum semuanya ^^

Selamat malam, gimana? Udah vote apa belum di part sebelumnya? Vote dulu yuk yang belum

Sorry telat update soalnya sibuk banget di rl huhuhu maap ya

Okeh langsung aja ya, vote dan komen juga, harus banyak kalau nggak, ya gak update :v

BAB 42 [KARMA?]

Happy reading semuanya ^^

.
.
.
.

****

Kala pulang sekolah dengan keadaan acak-acakan. Baju sekolah di keluarin, dasi yang entah itu berbentuk semacam apa, rambut seperti kesetrum.

Kala membanting tasnya di kasur, ia mengambil air yang ada di atas nakas lalu meminumnya. Hanya secicip Kala langsung membanting gelasnta ke sembarang arah.

Pyar....

"Arghhhhhh..... Lo kemana Nei!" teriak Kala membentur-benturkan kepalanya di dinding.

Bugh! 

Bugh! 

Bugh! 

Kala terus memukuli dinding kamarnya hingga tangannya mengeluarkan darah.

"Argh.... "

Bugh!

Brak!

"KALA CUKUP!" teriak wanita paruh baya dengan membuka pintu kanar Kala cukup keras.

Kala menoleh kesumber suara, di tengah-tengah pintu berdiri perempuan paruh baya dengan gamis panjang dan khimar panjangnya.

"Apa yang kamu lakukan! Istigfar nak," ujar Umi' Ane menghampiri Kala.

Kala langsung terduduk di lantai, ia menunduk dengan air nata terus mengalir.

"Astagfirullah Kala, apa yang kamu lakukan sampai tangan kamu luka kayak gini? Ya Allah," pekik Umi' Ane langsung menarik Kala untuk duduk di tepi ranjang.

"Bentar, Umi' ambil kotak p3k dulu," ujar Umi' Ane lalu mengambil kotak p3k di laci.

Umi' Ane mengobati luka Kala lalu memakaikan perban. Umi' Ane meringis melihat luka yang ada di tangan Kala.

"Kamu kenapa ngelakuin ini semua? Nyakitin diri kamu sendiri nggak bakal ngerubah semuanya," ujar Umi' Ane melihat miris Kala.

Kala nggak menjawab, ia langsung menjatuhkan kepalanya di paha Umi' Ane. Tangisnya semakin pecah.

Umi' Ane memejamkan matanya sebentar saat mendengar isakan dari Kala. Umi' Ane mengelus kepala Kala.

"Penyesalan memang ada di belakang, apapun itu jika yang awalnya selalu ada lalu tiba-tiba hilang pasti snagat menyakitkan. Tapi, itu semua kembali ke diri kita sendiri. Apa yang membuatnya pergi? Diri kita sendiri, atau memang sudah takdirnya," tutur Umi' Ane.

Siapa yang tidak sakit hati mendengar kabar perempuan yang sudah dianggap putrinya sendiri tiba-tiba pergi tanpa pamit, lebih parahnya menyembunyikan seluruh kesalahan suaminya yang sudah melewati batasnya.

"U-umi'... M-ma-af," lirih Kala terbata-bata karena sesenggukan.

"M-maaf gagal jaga amanat Umi', maaf gagal jadi suami, maaf... Maaf.. " racau Kala semakin terisak.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang