BAB 13

4.1K 211 6
                                    

Assalamualaikum semuanya, alhamdulillah bisa update lagi hihihi ^^

Selamat membaca semuanya, jangan lupa vote dan komen yang banyak ya teman-teman ^^

Share juga ke teman-teman kalian siapa tau ada yang minat baca hehehe ^^

BAB 13 [HARUS TERBIASA]

Happy reading semuanya ^^

.
.
.
.

****

Nera dan Kala sudah berada di kamarnya. Nera duduk di meja riasnya, menatap wajahnya sendiri, sedangkan Kala duduk ditepi ranjang.

Kala melepas sorbannya, ia juga melepas jas hitam yang ia pakai. Kala menggulung lengan bajunya sedikit, melepas jam tangannya dan menaruhnya di atas nakas.

Kala menghampiri Nera yang duduk termenung di meja rias, bahkan Nera masih belum melepas rangkaian perhiasan yang ada di kepalanya.

Kala memegang pundak Nera, membuat sang empu terpenjat kaget.

Nera langsung menghapus air matanya dan bersikap biasa saja.

"Kenapa?" tanya Kala lembut.

Nera menggeleng pelan, kepalanya kembali menunduk.

Kala tersenyum tipis, ia memutar tubuh Nera hingga menghadapnya. Kala berjongkok di depan Nera yang masih menunduk.

"Aneira Nalani," panggil Kala lembut.

Nera semakin menundukkan kepalanya saat Kala memanggil namanya dengan nama lengkapnya.

Kala terkekeh kecil, ia mengambil kedua tangan Nera yang masih gemetar dan terasa sangat dingin. Digenggamnya kedua tangan Nera dengan lembut dan hangat.

"Jangan nunduk terus, aku suami kamu," ujar Kala.

Nera menahan napasnya saat Kala memanggil dengan sebutan aku-kamu, terasa sangat aneh ditelinga Nera. Tapi, Nera harus kembali ke kenyataannya jika mereka sudah menikah, dan Nera harus terbiasa akan hal itu.

"Lihat aku Nei," pinta Kala.

Apa yang dikatakan Kala tadi? Nei? Apa Kala mengubah nama panggilannya menjadi Nei?

"Ah iya, aku bolehkan manggil kamu dengan Nei, aku cuma mau panggilan aku untuk kamu berbeda seperti panggilan Nabi muhammad kepada Istrinya, Aisyah." Kala berucap dengan mata terus memandang wajah Nera yang menunduk.

Entah kenapa hati Nera menghangat saat Kala mengucapkan itu. Apa Kala memang jawaban dari doa-doanya?

Air mata Nera kembali turun tanpa sadar, membasahi pipinya yang masih berpoles make up.

Kala yang melihat air mata Nera hanya menghela napasnya, tangannya bergerak menghapus air mata Nera.

"La tabki ya zawjati," lirih Kala penuh harap, ia menatap Nera dengan tatapan sendu.

Nera menghapus bercak air matanya. Ia mengangkat wajahnya menatap Kala, manik matanya bertemu dengan manik mata Kala.

Nera tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihannya, ini keputusan yang ia ambil, Nera harus siap menjalaninya.

Statusnya kini sudah menjadi istri, tanggung jawab yang ia pegang juga tidak mudah. Mau bagaimana pun Nera harus melayani dan berbakti pada suaminya.

"Afwan," lirih Nera kembali menunduk.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang