BAB 54

5.1K 304 17
                                    

Assalamualaikum, selamat malam ^^

Marhaban ya Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa untuk kalian semua ^^

Kemarin 250 vote kok gak bisa ya? Padahal yang baca 1k +++ heran ga sih? Parah wkwk

Langsung inti aja ya..

BAB 54 [5 YEARS AGO]

Happy reading ^^

.
.


.
.

****

.
.

"Abbi anak aku kan?"

Pertanyaan dari Kala menghentikan langkah Nera, jatungnya terpacu begitu cepat. Nera tidak mau Abbi kenapa-napa, Nera juga tidak mau Kala mengambil Abbi darinya.

Nera berbalik, menatap datar Kala yang luruh dilantai.

"Bukan urusan Anda!" tegas Nera lalu membuka pintu kamarnya dan pergi begitu saja.

Tubuh Kala semakin melemah melihat Nera yang pergi begitu saja. Kala terisak dalam diam, ia tidak menyangka semuanya menjadi serumit ini.

"Abbi, anak aku kan Nei?" lirih Kala terisak dengan memeluk kakinya sendiri.

"A-aku udah jadi ayah kan Nei," isak Kala semakin keras.

"M-ma-af Nei... "

****

Nera baru sampai sampai di kontrakannya malam hari, kontrakannya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Nera sudah menempatinya hampir dua bulan bersama anaknya dan babysitter anaknya.

Mereka sudah berada di indonesia sejak dua bulan yang lalu dan Nera memilih untuk menyewa kontrakan terlebih dahulu sebelum ia kembali ke rumahnya.

Nera masuk ke dalam rumah terlihat Mbak Elis yang baru saja keluar dari kamar Abbi.

"Ny-nyonya udah pulang?" tanya Mbak Elis gugup, jujur saja ia masih tidak enak dengan yang terjadi tadi siang di cafe.

"Assalamualaikum," ucap Nera.

"Waalaikumussalam," balas Mbak Elis.

"Abbi udah tidur Mbak?" tanya Nera.

"Sudah Nya," balas Mbak Elis.

Nera mengangguk, lalu dirinya duduk di sofa ruang tamu diikuti Mbak Elis.

"Mau dibuatkan Teh?" tawar Mbak Elis.

Nera mendongak menatap Mbak Elis lalu menggeleng pelan.

"Nggak usah Mbak," tolak Nera halus.

Mbak Elis mengangguk, ia duduk di sebelah Nera. Bukan bermaksud lancang, ia sudah menganggap Nera seperti adiknya sendiri, selama bekerja dengan Nera, ia diperlakukan seperti keluarga sendiri. Mbak Elis begitu beruntung mendapat majikan seperti Nera.

"Nyonya ada masalah?" tanya Mbak Elis khawatir.

Nera menghela napasnya lalu tersenyum tipis.

"Apa masalah di cafe tadi?" cicit Mbak Elis. "Maaf Nya, kalau lancang," lanjut Mbak Elis.

"Nggak papa Mbak, oh ya jangan panggil Nyonya, panggil biasa aja," ujar Nera.

Mbak Elis menggeleng. "Saya nggak mau, saya mau kayak biasanya saja manggilnya, udah kebisaan."

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang