BAB 33

4K 202 21
                                    

Assalamualaikum semuanya ^^

Selamat malam ^^ maap ya aku ngaret banget updatenya, sibuk banget, padahal udah ada bebrapa part yang selesai ku tulis :(

Vote sama komen yang banyak ya ^^

Aku gabisa janji bakal bisa update cepet, tapi aku usahain, oke ^^

Selamat membaca semuanya ^^

BAB 33 [KEMBALI]

Happy reading ^^

.
.
.
.

****

Setelah pulang dari cafe, Nera lebih banyak diam, terkadang dirinya mengurung dirinya di kamar. Bahkan sejak tadi, dirinya belum menyentuh makanan sama sekali.

Tok tok tok

Pintu kamarnya diktuk seseorang, sudah pasti itu Kala. Karena Nera dapat mendengar suara mobil Kala.

"Nei, bukain pintu kamarnya," ujar Kala sedikit berteriak.

Nera menghapus air matanya lalu turun ari ranjang dan membuka pintu kamarnya.

"Assalamualaikum," ucap Kala masuk ke dalam kamar, ia menyodorkan tangannya ke arah Nera.

Nera menerima tangan Kala lalu dikecup pelan punggung tangan Kala.

"Waalaikumussalam," balas Nera lirih.

"Nei," panggil Kala.

Nera menatap Kala tanpa mengeluarkan suara.

Kala langsung memeluk tubuh Nera dari belakang, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nera.

Tubuh Nera menegang mendapat serangan tiba-tiba dari Kala. Nera memejamkan matanya berusaha tidak mengeluarkan air matanya.

Jika Nera boleh jujur, Nera tidak mau dipeluk Kala yang sudah memeluk perempuan lain yang bukan mahramnya.

Nera melepas paksa pelukannya lalu sedikit menjauh, membuat Kala bingung sendiri.

"Nei, kamu marah?" tanya Kala menghampiri Nera.

"Mas mandi dulu, aku siapin makan," ujar Nera tanpa menjawab pertanyaan Kala.

"Jawab pertanyaan Mas dulu," ujar Kala menarik lengan Nera agar tidak bisa menghindar lagi.

Nera menatap Kala dengan mata yang sedikit memerah.

"Apa?"

"Kamu marah sama Mas karena beberapa hari ini Mas nggak tidur di sini?" desak Kala.

"Buat apa marah? Nggak bakal bisa ngerubah yang udah terjadikan?" balas Nera berusaha untuk tenang.

Kala menghembuskan napas pelan. "Mas minta maaf untuk beberapa hari yang lalu, maaf sudah mendiami kamu. Mas nggak bermaksud ngehindar, Mas lagi banyak pikiran karena masalah kantor, Mas nggak mau kalah kamu yang kena imbasnya nanti."

Nera diam tidak menjawab. Pikiran dan hatinya beradu, antara percaya atau tidak. Kepingan-kepingan kejadian di cafe tadi siang masih menoreh luka yang sangat dalam.

"Mas minta maaf sayang, maafin Mas," lirih Kala seraya mendekap tubuh Nera.

Gagal sudah, air mata Nera tidak bisa ditahan lagi. Nera nerusaha melepas pelukan Kala dan menghapus air matanya.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang