BAB 58

5.4K 380 39
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^

Minal aidzin walfa idzin ya buat semuanya ^^

Maaf baru bisa update, sibuk banget soalnya xixixi ☺

BAB 58 [SIKAP DINGIN KALA]

Happy reading ^^

.
.
.
.

****

.
.

Kala sekarang duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Nera. Pandangannya lurus kedepan, pikirannya berkelana dimana-mana.

Suara Nera yang memanggilnya tadi terus terngiang-ngiang di pikirannya. Setelah lima tahun, Kala mendengarkan Nera memanggilnya lagi.

Ada perasaan bahagia di dalam hati Kala, tapi juga terdapat perasaan kecewa saat teringat kembali dengan apa yang sudah dilakukan keluarganya dan... Nera.

Kala tidak bisa menyalahkan Nera sepenuhnya, karena ia tau ini semua karena dirinya sendiri yang menjadikan Nera berbuat seperti ini.

Sedangkan keluarganya? Kala begitu kecewa, selama lima tahun keluarganya sama sekali tidak memberikan kehangatan dan dukungan untuk dirinya. Hanya Abangnya yang masih selalu ada untuknya.

"Nera obatin dulu ya lukanya," ujar Nera yang baru saja datang dengan membawa baskom kecil dan kotak p3k.

Kala diam, tidak membalas ucapan Nera. Lebih tepatnya tidak mendengarkan apa yang NNera katakan.

"Awhss.... " pekik Kala terkejut saat sebuah benda dingin menempel di sudut bibirnya.

Nera ikut terkejud mendengar pekikan dari Kala, spontan Nera langsung melepas kompresannya.

"Astagfirullah," gumam Nera.

Kala menoleh, ia mendapati Nera yang menatapnya penuh kekhawatiran. Mata mereka bertemu, untuk beberapa saat mereka saling pandang.

Kala yang tersadar pun langsung memutuskan kontak mata dianatar mereka, ia kembali menatap lurus ke depan.

Nyeri, itu lah yang dirasakan Nera saat ini. Sorot mata Kala masih sama seperti tadi, terlihat dingin dan tak bersahabat.

'Ya Allah, ampuni hamba yang telah menyakiti hati suami hamba, sungguh hamba tidak bermaksud membuatnya sakit hati,' batin Nera berdenyut nyeri.

"Nera obatin lagi ya," ujar Nera lirih, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Kala tidak menjawab, ia diam membiarkan Nera untuk mengobati lukanya.

Nera dengan telaten mengompres dan memakaikan salep di lebam Kala. Nera ikut meringis nyeri saat melihat Kala terlihat menahan rasa sakit.

"Udah selesai," ujar Nera lalu meletakkan kotak p3k di meja depan mereka.

Kala diam beberapa saat, ia menatap Nera sebentar lalu kembali menatap ke depan.

"Terima kasih, dan maaf sudah membuat keributan," ucap Kala tanpa bernada.

Nera tersenyum tipis. "Enggak papa, aku ambilin minun dulu."

Belum sempat Kala menjawab, Nera sudah berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya.

Kala menghela napasnya lalu menyandarkan tubuhnya di sofa. Ingin sekali rasanya Kala langsung memeluk Nera saat duduk di sebelahnya tadi, tapi ia tahan.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang