BAB 65

4K 257 17
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^

Ada yang masih nungguin cerita NEIRA update gak sih? Masih exited nggak kalian sama NEIRA? Komen sini yang masih nungguin xixixi

Niatnya bulan besok aku tamatin cerita ini, beberapa minggu ini aku udah nulis beberapa bab yang bakal aku update secepatnya ^^

Tungguin ya ^^

Cuss langsung baca ☺

BAB 65 [KEMBALINYA NING PONDOK PESANTREN]

Happy reading semuanya ^^

.
.
.
.
.

****

.
.
.
.

Perempuan cantik dengan balutan gamis berwarna coklat tengah berkutat dengan bahan masakan dan alat dapur.

"Sayang... " teriak laki-laki yang baru saja keluar dari kamar dengan wajah panik.

"Kenapa?" tanya Nera menatap Kala bingung.

Kala langsung menghampiri Nera dan memeluknya dari belakang.

"Kemana aja sih! Dicariin juga," gerutu Kala.

"Dari tadi di dapur Mas, emang kenapa sih panik gitu," heran Nera yang berusaha melepas pelukan Kala.

"Takut, takut kamu pergi ninggalin aku lagi," lirih Kala semakin mengeratkan pelukannya.

Nera mematikan kompornya lalu menghadap kearah Kala, mengelus pipi Kala.

"Aku udah di sini Mas, aku nggak kemana-mana," ujar Nera lembut.

"Sama aja masih parno," gumam Kala menyembunyikan wajahnya diceruk leher Nera.

"Mas, semua udah dibahas 1 bulan yang lalu loh," ujar Nera berusaha melepas pelukan Kala.

"Sama aja, bagiku belum selesai, kamu belum maafin aku," ujar Kala merengek dan semakin mengeratkan pelukannya.

Nera berusaha melepas paksa pelukan Kala, lalu menggenggam kedua tangan Kala.

"Astagfirullah, aku udah maafin Mas, semua udah terjadi. Sekarang kita buka lembaran baru, cerita yang memang harus diceritakan. Sebuah kepercayaan adalah kunci dari utuhnya rumah tangga, tapi kepercayaan tanpa ada komunikasi itu dusta," ujar Nera.

Kala menunduk dengan kepala mengangguk-ngangguk.

"Maafin Mas yang dulu," lirih Kala.

Nera tersenyum tipis. "Nera udah maafin Mas, berhenti minta maaf dan buktikan ucapan Mas."

Kala mengangguk cepat, ia langsung menarik Nera ke dalak dekapannya dan mencium puncak kepala Nera berkali-kali.

Sudah satu bulan berlalu hubungan rumah tangga Nera dan Kala perlahan mulai utuh kembali.

Setelah hari dimana Kala menceritakan semuanya, selama satu minggu Nera sedikit menghindari Kala untuk beradaptasi dengan semua hal yang sudah Kala ceritakan, walaupun mereka satu rumah.

"Jangan pergi lagi," mohon Kala.

"Enggak akan, Mas," balas Nera.

Kala melepas pelukannya lalu menyatukan dahi mereka hingga membuat hidungnya bergesekan dengan hidung Nera.

"Janji?"

"Jan-"

"Ummah... Abi... " teriakan anak kecil mengagetkan mereka berdua, spontan Kala langsung melepas pelukannya dan sedikit menjauh dari Nera.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang