BAB 14

3.6K 208 4
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^

Alhamdulillah, aku bisa update lagi hihihi, semoga kalian tetep suka ya ^^

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya teman-teman ^^

BAB 14 [MALAM ZAFAF]

Happy reading semuanya ^^

.
.
.
.

****

Acara pengajian yang diadakan jam 7 malam, tepat setelah sholat isya sudah selesai digelar. Kini tinggal keluarga besar dari Nera dan Kala yang tengah berkumpul di ruang tamu.

Nera dan Kala duduk bersebelahan dengan keluarga merrka berdua yang mengelilingi mereka.

Nera tidak banyak bicara, hanya saat ditanya dan dibutuhkan pendapat saja Nera akan berbicara. Berbeda dengan Kala yang ikut andil dalam pembicaraan mereka semua.

"Oh ya, resepsi pernikahannya diadakan hari apa?" tanya salah satu Tante Nera.

"Insyaallah hari minggu besok," jawab Kala.

"Kenapa kok nggak langsung besok aja?" tanya Hafiz

"Oh gue tau kenapa lo milih hari minggunya, lo mau malam ini ekhm ekhm kan?" belum sempat Kala menjawab, Hafiz kembali bersuara, kali ini dengan menggoda adiknya ini.

Kala yang paham apa yang dimaksud oleh Kakaknya pun melotot, tak segan ia langsung memukul lengan Hafiz.

"Oh... Itu, saya paham-paham," sahut Tante Nera.

Nera yang tidak tau apa tang dinaksud Kakak iparnya pun menatap Kala, meminta penjelasan apa maksud dari itu, kenapa Tantenya melihat dirinya seperti itu.

Kala membalas dengan senyum tipis dan gelengan. Ia beralih menatap tajam Kakaknya.

"Bang jangan ngada-ngada kalau ngomong," decak Kala.

"Ya kan siapa tau," balas Hafiz.

"Hafiz, udah jangan godain adek kamu terus," lerai Reni.

"Mangkanya nikah," desis Kala lirih.

"Apa lo bilang?!" tanya Hafiz tidak santai.

"Mangkannya nikah!" jawab Kala dengan menekatn setiap katanya.

Hafiz melotot, ia langsung melayangkn pukulan dan jeweran pada adiknya ini. Kala yang ingin menghindar pun akhirnya memilih menyembunyikan wajahnya di belakang istrinya.

Nera yang melihat Kala bersembunyi di belakangnya pun mendadak tubuhnya menjadi tegang, terlebih tangan Kala melingkar di perutnya.

"Mainnya sembunyi di belakang istri ya lo! Awas aja lo!" decak Hafiz.

Kala tak mengubris ucapan Kakaknya, ia fokus pada Nera yang tegang dan gugup. Kala terkekeh kecil melihat Nera seperti tidak bida berkutik apa-apa saat tangannya melingkar di perut Nera.

"Nggak usah tegang kayak gitu," bisik Kala. Tangannya kini berpindah menjadi memeluk pinggang Nera.

Bukannya tenang, Nera semakin gugup dan bingung. Apa yang dilakukan Kala membuat tubuhnya menegang, detak jantungnya juga begitu cepat.

"Hafiz, udah jangan kayak gitu," lerai Reni menarik anaknya untuk kembali duduk.

Kala menjulurkan lidahnya saat melihat Mamanya lebih membelanya dari pada Kakaknya. 

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang