BAB 31

3.6K 179 12
                                    

Assalamualaikum semuanya ^^ maap telat update lagi, habis ini aku bakal sering-sering update deh hehe

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman ^^

BAB 31 [KELUARGA BESAR]

Selamat membaca ^^

.
.
.
.

****

Malam hari, rumah Nera dan Kala dipenuhi dengan keluarga mereka. Orang tua Kala dan Nera serta Kyai Nadim dan Umi' Ane datang ke rumah Nera. 

Kala mengundang mereka semua dengan tujuan hajatan kecil-kecilan untuk rumah baru yang ditempatinya dan Nera.

Semua orang tengah berkumpul di ruang keluarga dengan di depan mereka ssmua terdapat berbagai macam makanan yang sudah disiapkan Nera dan Kala.

"Silahkan dimakan semuanya," ujar Nera tersenyum ramah.

"Haduh sayang, nggak perlu repot-repot kayak gini nak, pasti kamu capek habis bersih-bersih rumah terus masak banyak," ujar Umi' Ane mengelus kepala Nera.

"Nggak papa Umi'," balas Nera tersenyum hangat.

"Nera, Kala tadi bantuin kamu nggak sayang?" tanya Reni.

"Bantuin kok Ma," jawab Nera.

"Kalu dia nggak mau bantuin, tendang aja dia, Papa ikhlas kok," ujar Rizky.

"Papa kok gitu sih!" protes Kala.

Sedangkan Nera hanya terkekeh kecil.

"Kamu agak berubah ya sekarang?" tanya Elma memperhatikan setiap inci tubuh Nera.

"Biasa kok Bu, Nera nggak berubah," ujar Nera sedikit kikuk.

"Itu artinya Nera bahagia dengan kehidupannya," kekeh Umi' Ane.

"Aamiin," seru mereka semua.

Nera hanya tersenyum getir walaupun dalam hatinya masih dirinya sempatkan untuk mengaminkan ucapan Umi' Ane.

"Kala," panggil Elma.

"Kenapa Bu?" tanya Kala sopan.

"Sini dulu nak," ujar Elma menepuk sebelahnya.

Kala mengangguk lalu berpindah duduk di sebelah Elma.

"Ibu, titip putri Ibu ya, kalau Nera salah kasih tau baik-baik. Sedari kecil, Nera hidup dilingkungan pesantren, mungkin didikan kami terlihat tegas, tapi Nera sama sekali tidak pernah mendapat kekerasan, walaupun cuma bentakan kecil," ujar Elma menjeda ucapannya.

Tubuh Kala memegang mendengar ucapan dari mertuanya. Tidak pernah dibentak? Itu artinya dirinya orang pertama yang membentaknya?

Astagfirullah.

"Ibu ngomong ini bukan apa-apa, Ibu cuma nggak mau Nera merasa sakit, cuma Nera putri kami, walaupun ada beberapa santri yang sudah Ibu anggap anak sendiri, tapi Nera tetap putri kecil Ibu," lanjut Elma.

"Apa kamu bisa?" tanya Elma.

Kala tersadar dari lamunannya, ia menatap Elma dengan tersenyum hangat.

"Insyaallah Bu, Kala bakal jaga Nera dengan baik. Kala bakal buktiin kalau Kala bisa menjaga Nera sebagaimana Ibu menjaga Nera," ujar Kala yakin.

Elma tersenyum hangat. "Terima kasih nak."

Sedangkan Nera hanya memperhatikan tanpa bisa mendengar obrolan Ibu dan suaminya itu. Helaan napas pelan keluar dari mulutnya, ia langsung mengembangkan senyumnya berusaha berfikir positif.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang