Assalamualaikum semuanya, maaf telat update ^^
Silahkan kembali membaca ^^
Semoga suka ^^Vote dan komen!
BAB 45 [CAMBUKAN]
Happy reading ^^
.
.
.
.****
Siang hari di Pondok Pesantren Nurul Mustofa, tepatnya di Pondok Pesantren milik Kyai Nadim dan Umi' Ane. Tempat dimana Nera dan Kala pernah tinggal dan mengajar santri di sana.
Kala berdiri di tengah-tengah lapangan, dibawah teriak matahari yang berada tepat di atas kepalanya dengan balutan jubah putih dan peci putih.
Seluruh santriwan dan santriwati berkumpul memenuhi lapangan yang sangat luas. Terdengar bisikan-bisikan yang terdengar jelas di telinga Kala.
Kala memejamkan matanya lalu menghembuskan napas pelan, ia menunduk kecil menatap pantulan bayangan dari seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.
Kyai Nadim, Hasan, Gibran, Rizky, dan Hafiz berdiri di depan ndalem, sedangkan Afif berdiri di depan Kala.
Umi' Ane, Elma, dan Reni menyaksikannya melalui ndalem. Mereka dilarang Kyai Nadim untuk keluar dan jika ingin menyaksikan cukup melalui kaca ruang tamu ndalem.
"Mbak, kuat ya," ujar Umi' Ane mengelus pundak Reni.
"Mbak," panggil Elma memegang pundak Reni yang satunya.
"Insyaallah, saya tidak apa-apa. Hukuman harus dijalankan, saya ridho jika ini yang terbaik untuk Putra saya," ujar Reni tersenyum tipis.
"Masyaallah, Mbak tabah banget," puji Elma menatap Reni berkaca-kaca.
Reni tersenyum tipis lalu memeluk Elma.
"Maafkan kesalahan anak saya yang membuat Nera pergi, maaf..."
Elma menggeleng pelan, ia melepas pelukannya.
"Jangan minta maaf terus Mbak," ujar Elma.
Reni menunduk, air matanya luruh.
"Yang terpenting sekarang, kita cari Nera bersama-sama dan mencari jalan keluar yang terbaik," ujar Umi' Ane.
Mereka berdua mengangguk lalu kembali fokus ke kaca jendela yang posisinya masih sama belum berubah.
****
Kala masih berdiri di tengah-tengah lapangan dengan keringat yang sudah memenuhi pelipisnya, bahkan sekarang, Kala tidak memakai alas kaki sama sekali.
"Ridhoi Kala untuk melakukan hukuman ini," ujar Kyai Nadim menepuk pundak Rizky.
"Hukum Putra saya sesuai dengan hukumnya, saya ikhlas, saya ridho," ujar Rizky menatap luruh ke depan, tepatnya menatap Kala yang menunduk.
Gibran menepuk pelan pundak Rizky membuat sang empu menatapnya. Rizky tersenyum tipis kearah Gibran membuat Gibran ikut tersenyum.
"Dia pantas dapat hukuman kayak gini," ujar Hasan menatap sengit ke arah Kala.
"Hasan!" perngingat Kyai Nadim. "Apa ini yang kanu dapatkan saat menimba ilmu? Kebencian dan dendam?" tegas Kyai Nadim.
Hasan menghela napasnya lalu menunduk. "Maaf Bi."
Kyai Nadim menatap Kala dan Afif lalu mentap seluruh santri-santri yang berkerumun memenuhi lapangan.
"Afif lakukan," ujar Kyai Nadim setengah berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIRA [TERBIT]
Teen FictionPlak! "Jangan pernah sebut Desta perempuan murahan!" Dikhitbah secara tiba-tiba oleh seseorang yang pernah ada dimasa lalu dan 2 tahun lost kontak? Itu lah yang dirasakan oleh gadis cantik berhijab panjanh yang sudah hampir empat tahun mengabdi di...