BAB 1

11.2K 364 9
                                    

Assalamualaikum semuanya, alhamdulillah bisa update lagi

Sebelum baca, vote dulu ya teman-teman^^

BAB 1 [SIAPA DIA?]

Selamat membaca ^^

****

Gadis cantik baru saja terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya berbunyi. Gadis tadi melirik ke arah ponselnya yang menunjukkan pukul dua pagi dini hari.

Dia pun bangun lalu mematikan alarmnya. Ia mengucak matanya sebentar lalu mengambil jilbab panjangnya dan memakainya.

Gadis cantik yang memiliki kulit putih dan senyum manis di wajahnya. Secantik namanya, Aneira Nalani yang kerap disapa Nera.

Nera, gadis berusia tujuh belas tahun yang sekarang duduk di bangku SMA, tepatnya kelas dua belas. Gadis yang sudah hampir empat tahun mengabdi di pondok pesantren milik sahabat ayahnya.

Nera bukan seperti santri-santri lain, yang dimana mereka akan bersekolah sesuai dengan peraturan pondok pesantren, atau biasa disebut dengan MA. Nera, lebih memilih sekolah di luar pondok pesantren dan akan mengikuti pelajaran kitab di pondok pesantren. Lebih tepatnya, Nera seperti seorang anak dari pemilik pesantren.

Tidak sedikit yang iri dengan Nera karena bisa di bebaskan untuk sekolah di luar pesantren. Tapi, mereka juga memakluminya karena orang tua Nera sahabat baik dari Kyai mereka.

"Alhamdulillah," ujar Nera saat selesai melaksakan sholat malam dan tadarus.

Nera kembali merapikan mukenanya dan meletakkan di tempat semula. Ia melirik jam, pukul setengah empat pagi, yang artinya masih ada waktu setengah jam lagi untuk memasuki waktu sholat subuh.

Nera pun memilih untuk keluar dari kamar dan menuju dapur, membantu Umi' memasak sarapan pagi.

Jika ditanya Nera tidur dimana? Jawabanya di rumah Kyai dan Umi'. Awalnya Nera menolak untuk tinggal di rumah Kyai dan Umi', tapi karena bujukan dari orang tua dan Umi' akhirnya Nera mau.

"Assalamualaikum Umi'," ucap Nera saat melihat Umi' Ane memasak.

Umi' Ane, istri dari Kyai pemilik pesantren. Umi' Ane sudah menganggap Nera seperti anaknya sendiri, beliau begitu menyangi Nera hingga terkadang membuat kedua anak laki-lakinya iri.

Umi' Ane hanya memiliki dua anak laki-laki yang usianya sudah sama-sama berkepala dua. Beliau sangat ingin memiliki anak perempuan, tapi, Allah belum memberikan.

"Waalaikumussalam," balas Umi' Ane seraya tersenyum hangat kearah Nera. "Sayang, kenapa kamu kesini?"

"Nera mau bantu Umi'," jawab Nera lalu mengambil alih pekerjaan Umi' Ane.

Umi' Ane terkekeh kecil melihat tingkah Nera. Beliau pun mempersilahkan Nera membantunya.

"Kamu ini nggak pernah berubah ya," ujar Umi' Ane membuat Nera terkekeh kecil.

"Umi', Nera boleh ya tinggal di pondok sama anak-anak yang lain?" izin Nera.

"Loh kenapa? Kamarnya nggak nyaman ya? Atau kasurnya? Atau minta di dekor ulang kamarnya?" tanya Umi' Ane beruntun.

"Bukan Umi', kamarnya nyaman kok, nyaman banget malah. Tapi Nera pingin tinggal di pondok seperti anak-anak yang lain," ujar Nera sedikit memohon.

"Nera mau ninggalin Umi' sendirian?" tanya Umi' Ane sedih.

"Eh, bukan gitu Umi', Nera nggak ninggalin Umi' kok," jawab Nera cepat, sungguh Nera tidak suka jika melihat Umi' Ane bersedih.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang