BAB 30

4.5K 182 14
                                    

Assalamualaikum semuanya, maap telat update lagi hehe maapin ya, agy sibuk 😔☝

Vote dan komen yang banyak ya teman-teman

Share juga ke teman-teman kalian ^^

BAB 30 [PINDAH RUMAH]

Selamat membaca ^^

.
.
.
.

****

BAB 30 [PINDAH RUMAH]

Dua hari sudah, Kala tidak masuk sekolah karena tragedi jatuh dari pohon. Sekarang, Kala tengah duduk di ranjang menunggu Nera yang bmsedang ganti pakaian karena baru pulang sekolah.

Ceklek.

Nera keluar dari kamar mandi dengan pakaian gamis polos yang sedikit kebesaran.

"Nei," panggil Kala.

Nera menoleh. "Kenapa?"

Kala tersenyum tipis, ia menepuk-nepuk kasur sebelahnya, menyuruh Nera untuk duduk di sebelahnya.

Nera menghampiri Kala dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Nera.

"Kemarin aku cari-cari rumah, nggak jauh dari pondok. Tapi, rumahnya kecil," ujar Kala dengan suara lirih diakhir kalimatnya.

Nera tersenyum tipis. Sejujurnya selama pernikahan ini, Nera tidak tau Kala mendapatkan uang dari mana. Selama ini Nera juga selalu menerima uang bulanan yang cukup banyak dari Kala.

"Maaf kalau aku terbilang lancang, aku boleh tau Mas sebenarnya mendapatkan uang dari mana? Kalau Mas kerja, Mas kerja dimana?" cicit Nera.

Kala terkekeh kecil, ia menarik Nera untuk duduk lebih dekat dengannya.

"Kenapa harus minta maaf? Bukannya memang seharusnya kamu tau?" tanya Kala seraya terkekeh kecil, ia mengelus kepala Nera yang menunduk.

"Salah satu cabang perusahan Papa yang masih baru selesai dibangun tahun lalu, aku ambil alih buat aku pimpin dan kembangin. Alhamdulillah satu minggu setelah kita menikah, banyak proyek kerja sama yang aku ajuin disetujui," lanjut Kala menceritakan.

"Masyaallah, rezeki Mas," ujar Nera tersenyum.

Kala menggeleng. "Rezeki kita sayang," ralat Kala.

Nera hanya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Mau lihat-lihat rumahnya? Alhamdulillah, insyaallah uang tabungan aku udah cukup buat beli rumah," ujar Kala.

"Boleh beli rumah yang sederhana aja nggak? Aku nggak mau rumah terlalu mewah, biar aku bisa ngelakuin apapun sendiri," ujar Nera.

Kala tersenyum hangat lalu mengangguk. "Yaudah nanti sore kita lihat-lihat rumahnya mau?"

Nera mengangguk. "Aku pernah lihat rumah yang sesuai dengan apa yang aku mau, nggak jauh dari pondok juga, deket banget malah. Boleh lihat di sana?"

"Apapun yang kamu mau," ujar Kala mengelus kepala Nera.

"Terima kasih," balas Nera tersenyum tipis.

"Nggak perlu ngucapin terima kasih, udah jadi tugas aku," ucap Kala lalu merengkuh tubuh Nera, mencium puncak kepala Nera.

"Oh ya kemarin waktu ambil buah mangga, ibu-ibu kemarin bikang hamil."

Ucapan Kala sukses membuat tubuh Nera menegang, jantungnya berdetak cepat. Jangan sekarang, doa Nera dalam hati.

"Masa iya yang mau mangga selalu dibilang hamil. Kalau aku yang mau mangga aku dibikang hamil juga gitu?" ujar Kala.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang