BAB 15

4.5K 189 3
                                    

Assalamualaikum semuanya, alhamdulillah aku bisa update lagi yeyyy ^^

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman, share juga ke teman-teman kalian siapa tau ada yang minat baca hehehe ^^

BAB 15 [RESEPSI]

Happy reading semuanya ^^

.
.
.
.

****

BAB 15 [RESEPSI]

Acara resepsi pernikahan Nera dan Kala tiba, acara digelar di sebuah gedung yang jaraknya tidak jauh dari pondok pesantren.

Nera yang kini sudah duduk di kursi pengantin dengan balutan dress kebaya warna biru muda dan dipadukan hijab senada. Tidak lupa juga mahkota berwarna biru tua bertengger cantik di atas kepalanya.

Nera terlihat sangat cantik dan anggun, walaupun make up yang di pakai Nera tidak terlalu mewah dan neko-neko, tapi dapat membuat wajah Nera pangling.

"Ini minum dulu," ujar Kala yang baru datang dengan membawakan air mineral.

Kala dengan balutan tuxedo warna senada dengan dress Nera, terlihat sangat tampan dan gagah.

"Terima kasih," balas Nera menerima air mineralnya.

"Kalau capek, sepatunya di lepas aja," ujar Kala yang melihat Nera tidak nyaman dengan sepatu yang digunakan.

Nera yang memang tidak terbiasa menggunakan sepatu ber-hak tinggi, maka dari itu sejak tadi dirinya sedikit tidak nyaman dan memilih untuk duduk saja.

"Nggak papa," balas Nera tersenyum tipis.

Kala berjongkok di depan Nera lalu mengambil kaki Nera dan melepas sepatu yang dipakai Nera. Sedangkan sang empu terkejut dengan perlakuan Kala.

"E-eh, ng-nggak usah, nggak papa," ujar Nera gugup dicampur kaget.

Kala tak mengubris ucapan Nera, ia tetap melepas sepatu yang dipakai Nera. Mata Kapa menangkap luka lecet di pergelangan kaki Nera.

Kala menatap Nera yang juga menatapnya. Nera menggigit bibir bawahnya.

"Kaki kamu lecet," ujar Kala.

"Ng-ngak papa kok, nanti baikan sendiri," balas Nera.

Kala bangkit dan mendudukkan dirinya di sebelah Nera, mengambil tangan Nera dan digenggamnya dengan erat.

"Luka sekecil apapun harus di obati, nanti infeksi," ujar Kala lembut, tangannya mengelus punggung tangan Nera.

Nera menunduk dan sedikit memalingkan wajahnya, pipinya terasa begitu panas, jantungnya berdrbat kencang.

'Perasaan itu masih sama,' batin Nera.

"Ak-"

"Woi bro," ucap seseorang memotong ucapan Kala.

Nera dan Kala serempak menoleh dan berdiri, terlihat segerombolan laki-laki berjalan kearah mereka, pakaian yang digunakan mereka juga sama.

"Bisa-bisanya lo duluin gue!" seru salah satu diantara mereka.

"Lonya aja yang lelet," ejek Kala.

"Nei, kenalin mereka sahabat aku," ujar Kala memperkenalkan sahabatnya.

"Hai cantik, kenalin nama Aa' Rendi," ujar Rendi dengan menyodorkan tangannya.

Nera menundukkan pandangannya seraya menangkup kedua tangannya, lalu mengangguk.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang