BAB 34

3.9K 198 30
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam

Setelah sekian abad menghilang, alhamdulillah balik lagi heheh ^^

Gak usah lama-lama ya, langsung aja baca yuk, eh btw vote sama komen juga ya, kalau gak, aku gak update 3 bulan :v

BAB 34 [LUKA BARU]

Happy Reading semuanya ^^

.
.
.
.

****

Hari sabtu, Nera memutuskan untuk pergi ke rumah sakit memeriksakan kandungannya. Tapi pagi, ia sudah meminta izin pada suaminya untuk ke rumah sakit, dengan alasan menjengguk teman.

Kala memperbolehkan dengan syarat harus dia yang mengantarkan Nera ke rumah sakit. Karena jalan menuju rumah skait searah dengan kantor Kala.

"Mas, sarapan dulu," ujar Nera saat melihat Kala baru saja keluar dari kanar dengan pakaian yang sudah rapi.

Setiap hari sabtu, Kala memang lebih aktif untuk ke kantor dan minggunya ia gunakan untuk di rumah. Tapi tak jarang dihari biasa dirinya juga akan datang ke kantor.

"Pagi sayang," ucap Kala mengecup singkat pipi Nera.

Nera hanya tersenyum simpul. "Pagi."

Sejahad-jahadnya Kala, seburuk-buruk apapun Kala, dan sesalah apapun Kala, Nera harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Mau pakek apa?" tanya Nera.

"Apa aja," balas Kala.

Nera mengangguk lalu mengambilkan nasi dan ayam serta sayur untuk Kala.

"Kamu nggk makan?" tanya Kala saat melihat Nera hanya meminum susu saja.

Nera menggeleng pelan. "Belum laper."

Kala mengangguk saja, ia melanjutkan makannya. 

****

Setelah sarapan, Nera bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Sedangkan Kala sudah menunggu di ruang tamu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampilkan Kala yang tersenyum hangat kearah Nera.

"Udah siap?" tanya Kala berjalan menghampiri Nera. 

Nera menoleh, ia tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Ayo," ajak Kala.

Nera mengangguk, ia mengambil tas selempangnya lalu berjalan di sebelah Kala.

Drt... Drt...  Drt...

Ponsel Kala berdering membuat langkah Kala dan Nera berhenti.

"Sebentar," ucap Kala.

Kala langsung mengambil ponselnya dan mengangkat telepon yang masuk.

"Halo," ucap Kala di sambungan telepon.

"Oke aku kesana sekarang," ucap Kala lalu memutus sambungan teleponnya.

Mendadak raut wajah Kala langsung berubah setelah mengangkat telepon tadi.

"Kenapa?" tanya Nera.

"Nei, maaf aku gabisa anterin kamu," ujar Kala.

"Loh, kenapa? Mas kan udah janji," balas Nera kecewa.

"Maaf Nei, ini lebih penting," ujar Kala.

"Apa yang lebih penting dari aku Mas," lirih Nera menatap sendu Kala.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang