BAB 48

4.9K 291 28
                                    

Assalamualaikum semuanya ^^

Selamat malam ^^

Maap ya udah buat nunggu hehe ☺🙏

Btw mau tanya nih, misal cerita ini aku terbitin ada yang mau beli ga? Komen ya ☺

.
.
.

Langsung cus baca aja yuk ^^

BAB 48 [DIA GUS?]

Happy reading ^^

.
.
.

****

.
.

Laki-laki bertubuh tinggi dengan setelan jas rapi menatap jalanan yang berlalu lalang. Mata tajamnya menatap seorang ibu-ibu yang kesusahan untuk menyebrang, tak lama sosok perempuan dengan gamis dan jilbab begitu panjang membantu ibu-ibu tadi menyebrang.

Helaan napas berat keluar dari mulutnya, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

"5 tahun... " gumamnya.

Tok tok tok

Pintu ruangannya diketuk membuat pandangannya teralih.

"Masuk." Suara dinginnya begitu menelusuk ke telinga siapapun yang mendengarnya.

"Eiyooo Bapak Bos.. " pekik seseorang masuk ke dalam ruangan.

"Wajahnya jangan dingin datar kayak gitu napa," lanjutnya seraya duduk di kursi.

"Apa?"

"Kalandra... Ayo lah jangan bersikap kayak gini terus," decak Rendi menghela napasnya.

Kalandra Nadeem Alhusayn, laki-laki yang ditinggal pergi istrinya karena kesalahannya sendiri, kini sudah menjadi seorang CEO di perusahaan yang dirintisnya saat awal pernikahannya.

Kala tumbuh menjadi sosok laki-laki yang dingin dan tak berekpresi. Tepat 5 tahun lalu dirinya kehilangan sosok yang begitu berarti dihidupnya, selama itu pula Kala berusaha mencari keberadaan istrinya namun hasilnya nihil.

Mengenai soal hubungan Kala dan Desta, Kala sudah memutuskan secara sepihak waktu di rumah sakit sehari setelah dirinya sadar. Desta tidak terima, ia terus mendekati Kala dan mengambil hati dari Umi' Ane yang ia kira orang tua kandung Kala.

"Apa?" tanya Kala datar.

"Ayo dong bangkit, lo jadi gini banget sih, bukan lo banget," keluh Rendi.

"Gak ada urusan? Silahkan keluar," dingin Kala menujuk pintu ruangannya.

Rendi mendelik kesal. "Kurang ajar lo."

"Nih, gue cuma mau kasih ini," ujar Rendi menyodorkan sebuah kartu undangan.

"Lo nikah?"

"Lo kok kayak ngejek gue gini sih! Itu undangan dari Kakak gue, dia nitip buat lo," ujar Rendi.

Kala mengangguk-ngangguk. "Udah?"

Rendi berdecak kesal. "Gitu banget ngusirnya."

Kala memutar bola matanya malas, ia tak mengubris celotehan Rendi. Kala memilih untuk menyibukkan diri dengan tumpukan berkas-berkas.

Tok tok tok

"Masuk."

"Pak maaf, di luar ada Nona Desta, katanya sudah buat janji dengan Bapak," ujar seorang perempuan dengan pakaian cukup membentuk lekuk tubuhnya.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang