Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^
Aku minta maaf sebesar-besarnya karena tiba-tiba hiatus dan gaada kabar huhu maaf banget
Karena ada beberapa masalah di rl dan membuat moodku turun drastis jadi gabisa nulis huhuhu maaf sekali lagi teman-teman 🙏
Alhamdulillah hari ini bisa nyelesaiin bab ini walau moodku masih rada berantakan tapi it's okay hehe demi kalian ^^
Langsung baca aja ya ^^
BAB 64 [AKAD]
Happy reading ^^
.
.
.
.****
Dua minggu sudah Kala dirawat di rumah sakit. Tepat satu minggu yang lalu, Kala baru sadar dan bisa melewati masa kritisnya, walaupun untuk pernapasan Kala saat ini masih belum bisa stabil tapi, keadaan Kala sudah jauh lebih baik.
Hari ini, Kala sudah diperbolehkan untuk pulang. Kala memilih untuk sementara waktu dirinya tinggak di pesantren, Nera? Ia ikuti apa mau Kala.
"Halo, selamat siang Tuan Kala, Nyonya Nera," sapa seorang Dokter yang akan melepas insfus Kala.
"Siang Dok," sapa balik Kala dan Nera.
"Bagaimana keadaannya Tuan?" tanya Dokter.
"Lebih baik," jawab Kala tersenyum tipis.
"Saya periksa dulu ya untuk hasil akhirnya sekaligus pelepasan infus," ujar Dokter dan diangguki Kala.
Setelah Dokter memeriksa dan melepas infus, Kala dibantu Dokter untuk duduk di kursi roda.
Awalnya Kala menolak untuk memakai kursi roda, tapi karena perintah Nera yang kekeh agar Kala memakai kursi roda membuat Kala pasrah.
"Terima kasih Dok," ucap Nera tersenyum.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Dokter.
Sepeninggalan Dokter, Nera menenteng tas yang berisi baju dan beberapa kebutuhan Kala selama di rumah sakit.
"Nei, Mas bisa ja-"
"Diam, Mas!" tajam Nera memotong ucapan Kala.
Kala menghela napas pelan, sikap Nera pada dirinya masih dingin. Bahkan selama dirinya dirawat pun, Nera hanya berbicara seperlunya.
"Biar tasnya Mas yang baw-" belum selesai Kala berbicara Nera lebih dulu menaruh tasnya di pangkuan Kala.
Nera langsung mendorong kursi roda Kala menuju lobi rumah sakit, karena jemputan dari pesantren sudah datang.
****
Kala tengah berbaring di tempat tidur dengan sorot mata yang tak lepas dari pergerakan Nera. Kala tidak berani untuk bersuara, suara dingin Nera dan tatapan sinis Nera membuatnya diam tak berkutik. Ia tidak mau membuat Nera semakin marah.
Nera yang sedari tadi merapika pakaian dan mengeluarkan keperluan Kala dari rumah sakit merasa jengah dengan Kala yang sedari tadi menatapnya.
Nera mentap sinis kearah Kala yang menatapnya membuat sang empu langsung menundukkan pandangannya, persis seperti anak kecil yang takut pada ibunya.
Nera berjalan menghampiri Kala lalu duduk di sisi ranjang, tepat di sebelah Kala.
"Gak capek ngelihatin terus?" tanya Nera.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIRA [TERBIT]
Teen FictionPlak! "Jangan pernah sebut Desta perempuan murahan!" Dikhitbah secara tiba-tiba oleh seseorang yang pernah ada dimasa lalu dan 2 tahun lost kontak? Itu lah yang dirasakan oleh gadis cantik berhijab panjanh yang sudah hampir empat tahun mengabdi di...