BAB 63

5.2K 342 43
                                    

Assalamualaikum semuanya, selamat malam ^^

Maaf ya, aku baru bisa update, asli aku mau update dari seminggu yang lalu tapi lupa dan baru inget hari ini kalau aku belum update xixixi, maaf ya ^^

Langsung baca aja ya ^^

BAB 63 [UJIAN]

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

****

Sudah 2 hari setelah pembicaraan Nera dan Kala, atmosfer rumah mereka terasa begitu dingin. Mereka berada di dalam satu rumah, tetapi sama sekali tidak betegur sapa, bahkan tidak bertemu sama sekali.

Setelah menceritakan semuanya, Nera memutuskan untuk menyendiri menenangkan hatinya. Nera sendiri sudah mengambil keputusan untuk rumah tangga mereka.

Kala? Setelah mendengar putusan Nera yang tidak ingin diganggu untuk beberapa hari kedepan, Kala mengurung dirinya di kamar setelah berbicara dengan Nera. Tidak ada yang tau apa yang sedang Kala lakukan di dalam kamar.

Jika Abbi bertanya, Nera hanya menjawab jika Kala sibuk dan tidak bisa diganggu.

Nera, perempuan itu keluar dari kamar tamu menuju dapur. Hening, sunyi, hampa, itu lah yang Nera rasakan di rumah ini.

"Nyonya, butuh sesuatu?" tanya Bi Surti.

Nera menoleh, mendapati Bi Surti yang membawa beberapa belanjaan.

Nera menggeleng seraya tersenyum tipis. "Mas Kala udah berangkat ke kantor Bi?"

"Dua hari ini, saya tidak melihat Tuan sama sekali Nyonya," jawab Bi Surti.

Alis Nera bertaut, tidak melihat? Lalu ke mana Kala?

"Saya pikir, Tuan sudah berangkat lebih awal ke kantor, tapi mobilnya masih ada di garasi. Dua hari juga, Pak Septo tidak membukakan gerbang sama sekali untuk Tuan," jelas Bi Surti.

Nera diam, mencerna ucapan Bi Surti. Detik berikutnya, Nera pergi meninggalkan Bi Surti yang kebingungan.

****

Nera berdiri di depan pinu kamar Kala dengan napas yang sedikit memburu karena berlari. Tangannya terangkat mengetuk pintu kamar Kala, tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Nera tidak berhenti di situ, ia kembali mengetuk pintu kamar Kala.

"Mas.. Mas Kala.. " panggil Nera.

Tidak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar membuat Nera khawatir sendiri.

Nera memegang ganggang pintu kamar, dengan perasaan ragu ia mencoba membukanya berharap jika tidak di kunci dari dalam.

Ceklek..

Hati Nera sedikit melega, saat pintu kamar bisa di buka. Nera membukanya dengan perlahan lalu melangkahkan kakinya masuk.

Gelap, tidak ada cahaya, hanya dari celah celah kecil tirai jendela. Semerbak bau asap rokok masuk ke indra pemciuman Nera.

Nera berjalan pelan, ia menghidupkan lampu guna melihat apa yang terjadi di dalam kamar ini.

Deg!

Jantung Nera terpacu begitu cepat, deru napasnya mendadak tidak teratur dengan mata memanas.

Apa? Kenapa bisa jadi begini? Kenapa bisa? Ada apa ini? Apa yang terjadi? Mungkin seperti itu gambaran-gambran pertanyaan yang ada di otak Nera.

NEIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang